Perjalanan Terpilihnya Mahathir dan Janjinya ke Warga Malaysia

Dythia Novianty Suara.Com
Jum'at, 11 Mei 2018 | 07:33 WIB
Perjalanan Terpilihnya Mahathir dan Janjinya ke Warga Malaysia
Mahathir Mohamad (tengah) resmi sebagai perdana menteri Malaysia, Kamis (10/5/2018) malam. [AFP/Manan Vatsyayana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

James Chin, seorang warga Malaysia yang merupakan direktur Institut Asia di Universitas Tasmania, mengatakan bahwa Mahathir terpilih sebagai "tokoh transisi" untuk membangun kembali pemerintahan negara dan membuka jalan bagi Anwar, untuk menggantikannya.

“Perannya adalah untuk menempatkan institusi kembali pada tempatnya, dan dia seharusnya menjaga kursi hangat untuk Anwar Ibrahim,” kata Chin.

Mahathir juga mengatakan, akan membersihkan jalan bagi penuntutan pidana terhadap Najib, yang telah terlibat selama bertahun-tahun dalam skandal yang melibatkan miliaran dolar yang hilang dari dana investasi pemerintah, 1Malaysia Development Berhad, yang pernah ia pimpin.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyimpulkan bahwa 3,5 miliar dolar AS dari dana tersebut dicuci melalui lembaga keuangan di Amerika Serikat.

Baca Juga: Mahathir Mohamad Dilantik Jadi Perdana Menteri Malaysia

Pada konferensi persnya, Mahathir juga membahas pengaruh dan investasi ekstensif Cina di Malaysia. Dia mengatakan bahwa pemerintahnya akan perlu mempelajari perjanjian yang dibuat oleh Najib dan bahwa dia prihatin tentang besarnya hutang Malaysia ke Cina.

Tetapi, Mahathir mengatakan bahwa dia tidak menentang program Belt dan Road Cina untuk membangun proyek infrastruktur di luar negeri, dan bahwa dia secara pribadi telah menulis kepada presiden Cina, Xi Jinping, untuk mendorong pembangunan jalur kereta api.

"Sementara untuk program Belt and Road, kami tidak punya masalah dengan itu, kecuali tentu saja kami tidak ingin melihat terlalu banyak kapal perang di daerah itu. Kapal perang menarik kapal perang lainnya," katanya.

Sementara itu, menurut Sophie Lemière, seorang rekan postdoctoral di Harvard University yang menulis buku tentang Mahathir, mengatakan pemilihan itu memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa jabatannya sebagai perdana menteri, ketika ia mendapatkan reputasi sebagai seorang otokrat. [NYTimes]

Baca Juga: Mahathir Mohamad, Guru yang Mengalahkan Muridnya Sendiri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI