Suara.com - Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri berusia 92 tahun, dilantik Kamis (10/5/2018) sebagai perdana menteri baru Malaysia dan sebagai kepala pemerintahan tertua di dunia, berjanji memerangi korupsi, menyelesaikan kasus Najib dan menyatukan negara dengan populasi 31 juta orang tersebut.
"Anda tahu kekacauan di negara ini. Kami harus mengurus kekacauan ini sesegera mungkin," kata Mahathir pada konferensi pers.
Dia menekankan, jika aturan hukum akan sepenuhnya dilaksanakan.
"Jika hukum mengatakan bahwa Najib telah melakukan kesalahan, maka dia harus menghadapi konsekuensinya," tegasnya.
Baca Juga: Mahathir Mohamad Dilantik Jadi Perdana Menteri Malaysia
Seperti diketahui, terungkap laporan korupsi setidaknya 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 49 triliun, dicuri dari dana pemerintah dan dihabiskan untuk membeli real estat, perhiasan, dan barang seni, dengan 731 juta dolar AS (Rp 10 triliunan) berakhir di rekening pribadi perdana menteri, Najib Razak. Warga Malaysia berang dan "membuang" nama Najib dalam pemilihan, pertama kalinya partai yang berkuasa telah kehilangan kekuasaan sejak kemerdekaan lebih dari 60 tahun yang lalu.
"Kesalahan terbesar yang saya buat dalam hidup saya adalah memilih Najib," kata Mahathir kepada para pemilih pekan lalu.
Namun, bagaimana para pemimpin baru Malaysia akan memerintah bersama adalah pertanyaan besar. Banyak anggota koalisi besar Mahathir yang menyimpan amarah atas daftar tuduhan korupsi yang menjulang tinggi terhadap Najib.
"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membatalkan tahun-tahun kekuasaan yang tak terkendali," kata Cynthia Gabriel, direktur eksekutif Pusat nirlaba untuk Memerangi Korupsi dan Kronisme, yang berbasis di Kuala Lumpur.
Gabriel menambahkan bahwa dia mengharapkan pemerintah baru untuk benar menyelidiki kasus Najib dan uang yang hilang, serta mulai bekerja sama dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat, yang menyelidiki pencurian uang pemerintah Malaysia dan pencuciannya melalui lembaga keuangan Amerika, dan perusahaan asing lainnya.
Baca Juga: Mahathir Mohamad, Guru yang Mengalahkan Muridnya Sendiri
"Tetapi untuk sekarang, kekuasaan telah dikembalikan kepada orang-orang Malaysia, karena kami telah mengantar sistem dua partai," kata Gabriel.