Suara.com - Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM), Achmad Michdan menyebutkan masalah pemeriksaan makanan untuk narapidana teroris di penjara banyak dikeluhkan napi. Salah satunya napi teroris yang dititipkan di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Dia meberkan pemicu lain dari bentrokan antara narapidana terorisme dengan aparat kepolisian di Markas Komando Brimob, Selasa (8/5/2018) malam. Michdan mengaku saat kejadian itu mulai terjadi, salahsatu dari kliennya di Mako Brimob menghubungi dia untuk memberi tahu adanya insiden bentrokan.
"Sebelumn kejadian saya dihubungi itu sekitar jam setengah 21.00 malam, hari Selasa. Komunikasinya itu lewat telepon, memang itu ada kejadian. tersebut. Terdengar juga saat itu suara letusan. Dia bilang, pak ada korban," kata Michdan di Kantor Pusat MER-C, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (10/5/2018).
Mendapat kabar adanya bentrokan, Michdan langsung menghubungi salahsatu Komisioner Komnas HAM dan Komisi III DPR. Ia berharap, dua lembaga itu bisa mengambil langkah tepat agar tidak jatuh korban.
Baca Juga: Eks Teroris: Barang Bukti Senjata di Mako Brimob Tak Dijaga Ketat
Michdan menceritakan, saat hari kejadian, adalah hari besuk keluarga buat para tahanan. Namun, hari besuk itu kemudian dibatalkan oleh pihak pengamanan di Mako Brimob.
Menurut Michdan, besuk menjelang Ramadan adalah hari yang sangat berarti buat para tahanan. Sebab, mereka membutuhkan persiapan, terutama dari segi makanan untuk bulan Ramadan.
"Saya mendapatkan informasi, hari besuknya dibatalkan dan biasanya pembesukan jelang Ramadan itu, biasanya persiapan membawa makanan, persediaan puasa. Itu sudah biasa mereka lakukan," tutur Michdan.
Namun, hampir semua Lapas dan Rumah Tahanan, memiliki peraturan baru mengenai makanan dari luar untuk para napi. Hal itu, menurut dia menjadi salahsatu pemicu masalah dan sering dikeluhkan para napi.
"Kadang-kadang diperiksa secara, diinilah ya, barangkaali itu SOPnya, makanan diperiksa, dibuka segala macam. Tetapi kan itu kemudian menjadi persoalan soal makanan," ujar Michdan.
Baca Juga: Polisi Mulai Olah TKP Pasca Rusuh Napi Teroris di Mako Brimob
"Memang selama ini yang menjadi dasar belakangan ini adalah soal makanan. Termasuk juga di LP Nusakambangan, itu mereka sudah tidak bisa membawa makanan dari luar," tutur Michdan.
Padahal, menurut dia, makan yang dipersiapkan pihak LP dan Rutan tak terlalu memuaskan Napi. Terutama soal gizi dan porsi yang dinilai kurang.
"Paling tidak bawaan dari keluarga itu adalah harapan bagi mereka. Tapi menurut hemat saya itu antara lain bagian kecil pemicu," kata Michdan.
Selain soal makanan, yang menjadi pemicu persoalan adalah proses penangan para Napi, terutama yang terlibat kasus terorisme.
"Itu mulai penangkapan, penanganan sampai mekanisme mereka ditahan banyak hal-hal yang masih dirasakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia," tutur Michdan.
"Pada intinya hal ini yang kemudian menyebabkan antara lain, tapi saya khawatir sekali dengan ada laporan itu dan ada teman-teman juga," Michdan menambahkan.