Alunan Angklung Sambut Gubernur Kim di Gunung Tangkuban Perahu

Rabu, 09 Mei 2018 | 09:37 WIB
Alunan Angklung Sambut Gubernur Kim di Gunung Tangkuban Perahu
Kunjungan Gubernur Gyeongsangbuk-Do, Mr. Kim Kwan-yong ke Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Perahu, Senin (7/5/2018) pagi. (Sumber: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari ketiga kunjungan di Jawa Barat, Gubernur Gyeongsangbuk-Do, Mr. Kim Kwan-yong didampingi istri, Mrs. Kim Chun-hee, berwisata ke Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Perahu, di Desa Kahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (7/5/2018) pagi.

Suara khas angklung dan alat musik pukul celempung menyambut kedatangan Kim dan rombongan yang tiba sekitar pukul 09.45 WIB. Kim didampingi Ketua KONI Jabar, Ahmad Saefudin.

Kepala Bidang Destinasi Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Wiana Sundari dan Direktur Operasional PT Graha Rani Putra Persada, Ruslan Kaban, selaku pengelola TWA Gunung Tangkuban Parahu, menyambut langsung rombongan.

Kunjungan Gubernur Gyeongsangbuk-Do, Mr. Kim Kwan-yong ke Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Perahu, Senin (7/5/2018) pagi. (Sumber: Istimewa)

Usai penyambutan, Gubernur Kim dan rombongan langsung menuju gedung kantor pengelola. Ia menyatakan takjub melihat pemandangan alam yang hijau, sehingga menampakkan pusat Kota Kabupaten Subang.

Di sini, rombongan dari Provinsi Gyeongsang Utara (Gyeongsangbuk-Do) mencicipi jamuan, seperti  bandrek, pisang, ubi, kacang, dan jagung rebus, ditemani suara angklung dan celempung.

Rombongan kemudian diajak masuk ke sebuah ruangan informasi sejarah gunung, yang terkenal dengan legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Mereka mendapat informasi seputar terbentuknya gunung, yang secara administratif berada di dua kabupaten, Kabupaten Bandung Barat dan Subang.

Menurut catatan sejarah, antara 4-7 April 1829 terjadi letusan selama tiga hari tiga malam. Letusan berupa abu dan batu berasal dari Kawah Ratu dan Domas.

Letusan lumpur terjadi pada 1929, sementara pada 1935, 1946-1947, 1952, 1969, 1983, 1986, dan 1992 terjadi peningkatan kegiatan di Kawah Ratu. Pada 2002 dan 2005 terjadi peningkatan kegiatan kegempaan.

Berdasarkan sejarah, periode letusan gunung ini berkisar antara 2-50 tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI