Suara.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo mengatakan proses pemilihan anggota legislatif di Indonesia tergolong rumit. Sebanyak 25 ribu nama calon masing masing partai akan bertarung dalam surat suara.
Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan kerumitan itu digambarkan dengan skema pemilihannya.
"Saya tidak bisa membayangkan pemilu 2019 nanti pemilu cukup rumit. Satu orang harus memilih lima kertas suara. Saya khawatir kemurnian demokrasi itu lahir di tengah kebingungan di kertas suara ribuan nama itu," kata Bamsoet dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan, Ikatan Sarjana Profesi Polisi di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Selasa (8/5/2018).
Bamsoet menuturkan masyarakat yang berada di pedasaan dengan umur rasio yang lebih besar mengalami kebingungan dalam menentukan pilihannya nanti, ketika di dalam bilik suara.
Baca Juga: KPU: Koruptor Setara Bandar Narkoba, Tak Boleh Jadi Caleg
Ditakutkan Bamsoet, adanya joki yang membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dan menganggu psikologi masyarakat dalam menentukan pilihannya.
"Saya justru lahir banyak joki yang membantu bapak dan ibu kita petani dan nelayan yang hanya punya waktu mungkin 1 sampai 2 menit dalam bilik suara. Secara psikologis kami juga tak tahu bagaimana perasaaanya. Seperti apa kami juga deg-degan. Ini demokrasi yang saya ragukan," ujar Bamsoet.
"Kalau pilpres kita tidak khawatir karena mungkin hanya dua calon dua pasang head to head. mengkhawatirkan pemilihan legislatif," kata Bamsoet.
Untuk itu Bamsoet berharap aturan ambang batas calon anggota parlemen dapat dinaikan yang kini sebesar empat persen menjadi 10 persen. Sehingga, jumlah partai dan calon anggota yang mengikuti pemilu legislatif semakin sedikit.
"Sehingga nanti partai - partai di Indonesia ini hanya lima atau tiga kembali seperti dulu lagi. Itu jauh lebih mudah kita menerapkan demokrasi di Indonesia karena pilihan tidak banyak. Pasti menekan kerusuhan menekan konflik horizontal," ujar Bamsoet.
Baca Juga: Bawaslu Sepakat Napi Korupsi Tak Boleh Daftar Caleg
Di sisi lain, dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia, kata Bamsoet harus tetap dibarengi dengan kedewasaan masyarakat dalam mendukung setiap calon pasangan dalam berkampanye dengan hal positif. Sehingga tak menganggu atau saling mencela kubu lainnya.
"Dalam kedewasaan berpolitik kita harus bijaksana tidak menjelek - jelekkan lawan kita. Mari kita berlomba - lomba mempromosikan jagoan - jagoan kita itu jauh lebih elegan dari niat yang lain agar dipilih oleh rakyat," ujar Bamsoet.