Suara.com - Presiden Joko Widodo terlihat terkejut saat mendengar masih banyak pungutan liar dan aksi premanisme pada sopir truk. Hal ini diketahui Presiden Jokowi setelah mendengarkan keluhan pengemudi truk saat menggelar silahturahmi.
"Di jalan masih banyak pungli?," tanya Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (8/5/2018).
Mendengar pertanyaan tersebut, perwakilan sopir truk yang diundang di acara "Silaturahim Presiden Republik Indonesia dengan Pengemudi Truk" mengatakan masih banyak terjadi pungli.
"Masih banyak atau tambah banyak? Ya ini menjadi catatan, masih ada pungli," kata Jokowi.
Kemudian perwakilan pengemudi truk secara bergantian menyebutkan lokasi pungli dan aksi premanisme. Diantaranya terjadi di Lintas Sumatera, Marunda, Cakung Cilincing (Jakarta Utara), Cikampek, Cirebon, hingga di lintas timur, dan Samarinda.
Jokowi lalu memerintahkan Wakapolri Komjen Pol Syafrudin untuk mencatat wilayah yang masih terdapat pungli dan aksi premanisme.
"Jambi sampai Medan, paling banyak memasuki Riau dan Medan. Lintas Timur di Polres Mesuji. Paling rawan lintas timur Sumatera, perbatasan Aceh sampai Medan, melalui Bagan Batu, Binjai, paling banyak preman. Batasnya sampai Pekanbaru," kata salah seorang sopir truk.
Salah seorang sopir kepada Presiden Jokowi mengaku pernah menjadi korban premanisme saat melewati kawasan di Kabupaten Pelalawan, Riau. Saat itu, kendaraan yang ia bawa dibakar oleh preman.
"Itu mobil saya sampai dibakar sama premanisme. Lalu perbatasan Jambi sampai Palembang (rawan)," kata dia.
Tidak hanya itu. Saat memasuki wilayah Sumatera Selatan, ia mengatakan ada kawasan yang dikenal dengan 'bedeng seng'. Pengemudi truk kalau sudah bayar melewati daerah itu akan mendapatkan sebuah stiker atau tanda pengawalan dari kelompok preman.
"Setelah itu kalau di bedeng seng kalau kita lewat saja, itu wajib bayar. Kalau nggak, kaca pecah, kalau nggak golok sampai di leher. Atau nggak ranjau paku," kata dia.
Yang membuat Kepala Negara kaget dan tidak habis pikir adalah jumlah pungutan liar pada sopir truk jumlahnya besar. Yakni mulai dari puluhan ribu hingga jutaan.
"(Preman) mintanya bervariasi, berapa yang diingat dia saja, kalau Rp 200 ribu ya Rp 200 ribu, kalau Rp 2 juta ya Rp 2 juta," kata salah seorang sopir bercerita kepada Jokowi.