Aktivis 98: Saat Kami Dipukul Tentara, di Mana Amien Rais?

Senin, 07 Mei 2018 | 19:18 WIB
Aktivis 98: Saat Kami Dipukul Tentara, di Mana Amien Rais?
Amien Rais. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Eksponen aktivis 1998 tergelitik isu Amien Rais yang disebut-sebut sebagai “Bapak Reformasi”, saat menjelang peringatan 20 tahun reformasi 98, mei 2018.

Perwakilan eksponen aktivis 98, tegas menolak Amien Rais disebut Bapak Reformasi.

Salah satu aktivis '98 Wahab Talaohu menjelaskan, setelah Soeharto dilengserkan dan Amien Rais menjadi ketua MPR, yang bersangkutan justru tidak memihak kepada rakyat.

"Pam swakarsa (kelompok paramiliter) dibentuk pada 1998 oleh Wiranto, tentara, dan di dalamnya ada anasir-anasir mengatasnamakan agama. Mereka dikerahkan untuk berhadapan dengan rakyat. Kami dipukul habis di lapangan, di proklamasi di semanggi. Kawan-kawan meninggal, kebetulan saya jenderal lapangan pada saat itu," kata Wahab di daerah Cikini, Jakarta Pusat, Senin (7/5/2018).

Baca Juga: Fadli Zon Sayangkan Gugatan HTI Ditolak PTUN

Wahab memaparkan, banyak sekali pelanggaran HAM pada kejadian tersebut yang kini dikenal sebagai Tragedi Semanggi 1998.

Namun, pelanggaran HAM tersebut tidak mendapat perhatian sama sekali dari Amien Rais, ketika politikus itu menjadi ketua MPR.

"Pelanggaran HAM berat itu juga tidak diakui oleh Pak Amien, ketika dia menjadi ketua MPR. Amien tidak bersikap secara tegas, ketika kami dipukul di lapangan. Artinya ia prokekerasan. Seorang yang disebut tokoh reformasi tentu harus konsern terhadap kemanusiaan, keadilan," paparnya.

Pernyataan Wahab tersebut didukung oleh aktivis '98 lainnya Faizal Assegaf. Ia menilai Amien Rais tidak pantas diberi predikat sebagai Bapak Reformasi.

Hal tersebut disebabkan Amien hanya memanfaatkan masa pascareformasi untuk kepentingan politiknya.

Baca Juga: Korban Persekusi Kelompok #2019GantiPresiden Trauma Berada di CFD

"Pada tahun 1999, Pak Amien Rais itu menghasut umat Islam untuk melawan PDIP sebagai pemenang pemilu. Ia menyebut umat islam mengharamkan presidennya perempuan. Pada waktu bersamaan, Amien membuat poros ketiga dan mengangkat Gus Dur jadi presiden. Tapi ketika kepentingan-kepentingan Amien Rais di dalam kekuasaan Gus Dur tidak terpenuhi, dia menjatuhkan Gus Dur dan mengangkat Megawati," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI