Suara.com - Desa Batu Karang di dekat Gunung Sinabung, Sumatera Utara mengalami gagal panen dan kebanyakan anak di sana putus sekolah. Bahkan desa itu mengalami krisis air bersih.
Keadaan itu karena dampak erupsi Gunung Sinabung sejak beberapa tahun lalu. Kepala Desa Batu Karang, Roin Andreasi Bangun bercerita jumlah penduduk desanya 7000 ribu jiwa dan memiliki banyak mata air. Tapi sejak Sinabung meletus, mata airnya berkurang.
"Dulu kita tidak pernah kekurangan air. Tapi pasca gunung meletus, mata air berkurang dan banyak yang mati (sudah tidak ada airnya). Jadi kami hanya berharap dari air hujan, sumur bor dari bantuan pemerintah dan CSR," kata Roin Andreasi saat ditemui di Desa Batu Karang, Batukarang, Payung, Karo, Sumatera Utata, Sabtu (28/4/2018).
Kemarin di desanya tengah berlangsung acara 'Vaseline Healing Project'. Di acara itu, Roin mengatakan warganya memanfaatkan sumur bor dan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Masyarakat juga membeli air dari penjual dengan harga Rp15.000 per drum.
Baca Juga: Sinabung Meletus, Penduduk Gagal Panen, Anak Putus Sekolah
Program 'Vaseline Healing Project' di kawasan Gunung Sinabung. (Suara.com/Ismail)
"Jadi kami beli air. Kebetulan ada di antara masyarakat kita yang menjual air mengambil air dari desa lain," lanjutnya.
Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari kekurangan air bersih adalah munculnya berbagai macam penyakit. Mulai dari diare hingga penyakit kulit. Namun belakangan masyarakat mulai mengeluhkan berbagai macam penyakit kulit seperti gatal-gatal, bisul dan lain sebagainya.
"Dari pendataan kami, untuk penyakit kulit ada sekitar 40 persen masyarakat kita yang mengeluh sakit kulit. Dan lebih banyak anak sekolah," jelas Roin Andreasi.
Baca Juga: Kurang Air Bersih, Pengungsi Gunung Sinabung Kena Penyakit Kulit
Beruntung program masalah kulit sedikit teratasi berkat kehadiran 'Vaseline Healing Project', sebuah program global yang betujuan membantu memperbaiki kulit 5 juta orang hingga tahun 2020 di dunia.