Partai politik-partai politik tersebut adalah Partai Hanura, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Gun Gun Heryanto menilai hasil survei dari beberapa lembaga ini dapat menjadi peringatan dini bagi partai politik, terutama partai-partai yang diperkitakan tidak lolos "parliamentary threshold", untuk mengubah strateginya Konflik internal partai dan ketergantungan yang sangat kuat terhadap seorang figur utama dalam partai, sementara figur tersebut tidak mendorong naiknya perolehan suara, juga dinilai menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah suara suatu partai.
Oleh karena itu, partai-partai politik peserta Pemilu 2019, terutama yang sudah berada di parlemen, harus dapat melakukan persiapan lebih matang untuk dapat tetap bertahan di parlemen.
Apalagi, pada Pemilu 2019 yang akan diikuti 16 partai politik nasional membuat parsaingannya akan menjadi lebih ketat.
Oleh karena itu, partai politik memerlukan struktur partai yang lengkap dan merata, mesin partai yang solid dan efektif, strategi pendekatan partai ke masyarakat pemilih yang tepat dan efektif, serta jika ada figur ketokohan yang kuat.
Partai-partai politik memerlukan kekompakan dan kerja keras untuk melakukan semua hal tersebut guna meraih suara maksimal pada pemilu legislatif dan pemilu presiden.
Partai politik yang memiliki figur ketokohan yang kuat untuk diusung sebagai capres atau cawapres, diperkirakan dapat meningkatkan perhatian yang berdampak meningkatkan perolehan suara di pemilu.
Oleh karena itu, partai politik-partai politik sejak tahun lalu sudah melakukan berbagai manuver untuk mempromosikan siapa tokoh yang akan diusung sebagai capres atau cawapres. (Antara)