Saat Para Ketua Umum Parpol Antri Berebut Jadi Cawapres

Adhitya Himawan Suara.Com
Minggu, 29 April 2018 | 05:25 WIB
Saat Para Ketua Umum Parpol Antri Berebut Jadi Cawapres
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta. [Suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Target tinggi dipatok untuk menggerakkan mesin partai agar berlari lebih kuat dan kencang. Ini bagian dari konsolidasi.

Apalagi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) pada Pemilu 2019 ditetapkan empat persen, naik 0,5 dari Pemilu 2014 yang 3,5 persen.

Berikutnya adalah coattail effect. Definisi paling sederhana adalah seorang calon presiden yang populer akan memberikan efek positif kepada partai pengusungnya.

Mengacu pada beberapa hasil survei, tingkat popularitas dan elektabilitas Jokowi paling tinggi dibandingkan dengan kandidat yang lain.

Karena itu, wajar bila kehebohan soal cawapres ini ada pada pihak Jokowi daripada yang lain.

Akan tetapi, pada pemilu presiden yang lalu coattail effect ini ternyata tak seperti yang diharapkan.

Pada Pemilu Legislatif 2009, partai pengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2004 yang menikmati SBY effect hanya Partai Demokrat. PD meraih 20,85 persen suara, melompat tinggi dibandingkan hasil Pemilu 2004 yang "hanya" 7,45 persen.

PKS yang juga sebagai partai pengusung SBY pada Pilpres 2004, pada Pemilu 2009 mendapat suara 8,18 persen, naik sedikit dari Pemilu 2004 yang sebesar 7,34 persen.

Hasil berbagai survei belakangan ini juga menunjukkan di antara partai-partai pengusung dan pendukung Jokowi, hanya PDI Perjuangan yang mendapat kenikmatan besar dari Jokowi effect. Demikian juga dengan Prabowo effect yang membawa berkah paling besar pada Gerindra.

Pemilu 2019 adalah pemilu serentak. Pada 17 April 2019 rakyat akan memilih anggota legislatif sekaligus memilih presiden dan wakil presiden.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI