Suara.com - Sejak 2010, Gunung Sinabung yang berada di dataran tinggi Karo, Sumatra Utara mulai meletus mengeluarkan asap dan abu vulkanik juga diikuti dengan erupsi magmatik.
Sejak saat itu, gunung yang tertidur kurang lebih dari 400 tahun itu, dinaikan statusnya menjadi tipe A (kriteria gunung pernah terjadi erupsi magmatik setelah tahun 1600) yang dulu statusnya tipe B (kriteria erupsi magmatik sebelum tahun 1600).
Sejak awal meletus, gunung yang tingginya mencapai 2.451 meter di atas permukaan laut itu kerap memberi kejutan kepada warga di sekitarnya. Bahkan hampir setiap tahun gunung tersebut meletus. Di 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, dan terakhir pada Febuari 2018.
Akibat dari bencana tersebut masyarakat banyak dirugikan. Bukan dari faktor ekonomi saja beragam masalah kesehatan mulai bermunculan, mulai dari ganggungan pernapasan hingga munculnya masalah gangguan kulit.
Baca Juga: Pemprov Klaim Tak Ada Lagi Pengungsi Gunung Sinabung
"Vaseline Healing Project" sebuah program global yang betujuan membantu memperbaiki kulit 5 juta orang hingga tahun 2020 di dunia, mendatangi para korban pengunsi letusan Gunung Sinabung, di Desa Batukarang, Kecamatan Payung. Derah tersebut merupakan daerah terpadat di luar Kabanjahe dan Berastagi yang sejak 2010 lalu kesulitan menemukan air bersih.
"Masalah kulit sebenarnya biasa aja untuk orang-orang seperti kita. Tapi mungkin untuk orang-orang terkena bencana, masalah kulit yang biasa saja bisa menjadi masalah yang luar biasa," kata Mahnessa Siregar, Brand Manager Vaseline, saat ditemui di Mikie Holiday Resort, Sempajaya, Berastagi, Karo, Sumatra Utara, Jumat (27/4/2018).
Rencananya Vaseline bersama mitranya, Direct Relief akan memberikan berupa pelayanan medis kepada 200 pengungsi, memberi penyuluhan kepada warga dan tenaga medis, juga memberikan bantuan sembako, obat-obatan pada hari Sabtu 28 April 2018.