Suara.com - Gempa bumi mengguncang Malang, tak ada kerusakan akibat gempa tersebut. Gempa terjadi pukul 10.04 WIB, Kamis 26 April 2018.
"Tak ada dampak. Tak ada bangunan yang rusak," kata Kepala Bidang Kedaruratan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang Bagyo Setyono.
Ia mengaku telah menginventarisasi laporan dari semua daerah yang terdekat dengan pusat gempa. Analisis BMKG gempa bumi tektonik berkekuatan 4,9 Skala Richter. Pusat gempa berada di laut pada jarak 148 kilometer arah selatan Dampit, Kabupaten Malang, dengan kedalaman 52 kilometer.
Sementara itu Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Mochamad Riyadi menjelaskan guncangan dirasakan lemah di sebagian Kabupaten Malang. Guncangan dirasakan di Kota Malang, Tempursari, Turen dan Gondanglegi.
Baca Juga: Pemerintah Biayai Perbaikan Rumah Pascagempa Banjarnegara
Gempa ini termasuk klasifikasi gempa bumi dangkal akibat aktivitas pertemuan lempeng Indo-Australia ke bawah lempang Eurasia.
"Meski gempa bersumber di laut namun tidak menimbulkan tsunami karena kekuatan yang relatif kecil," kata Riyadi.
Sampai saat ini tak ada aktivitas gempa bumi susulan. Masyarakat sekitar dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ratusan relawan PMI Kabupaten Malang menggelar apel kesiapsiagaan bencana. Apel memperingati hari kesiapsiagaan Nasional di markas PMI Kabupaten Malang. Apel dipimpin Ketua PMI Kabupaten Malang yang juga Bupati Malang Rendra Kresna.
Sekretaris PMI Kabupaten Malang Aprilianto menjelaskan indeks resiko bencana alam nomor dua di Jawa Timur. Urutan ke 9 skala bencana alam secara Nasional.
Baca Juga: PUPR Kirim Perlengkapan Air Bersih ke Korban Gempa Banjarnegara
"Kabupaten Malang seperti supermaket bancana," katanya.
Kabupaten Malang rawan terhadap 12 bencana. Antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api, banjir, longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan, banjir rob, bencana industri, bencana sosial (konflik) dan gagal teknologi.
76 Bencana Alam dalam 6 Bulan
Selama empat bulan terkadi 76 bencana alam di Kota Malang. Mengakibatkan seorang meninggal, 47 jiwa mengungsi dan kerugian Rp 4,1 miliar. Meliputi bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, angin kencang, dan pohon tumbang.
"Cuaca tak menentu, Kota Malang rawan bencana," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Malang, J Hartono.
Sedangkan sepnjang 2017 terjadi 170 kali bencana alam. Ia tengah menyiapkan Malang sebagai Kota Tangguh bencana. Kini, sebanyak 18 Kelurahan dari 47 Kelurahan ditetapkan sebagai Kelurahan Tangguh.
Antara lain Polehan, Bareng, Kota Lama, Penanggungan, Tlogomas dan Bandungrejosar, Merjosari, Oro-Oro Dowo dan Mergosono. Kelurahan Tangguh disiapkan sejak dua tahun lalu.
"Bekerjasama dengan perguruan tinggi, untuk KKN di Kelurahan Tangguh," katanya.
Agar target Malang sebagai Kota Tangguh segera terealisasi. Kini, disiapkan berbagai usaha mitigasi untuk mengurangi risiko bencana.
"Kota Malang paling rawan gempa, dan angin." BPBD Kota Malang juga intens berkomunikasi dengan relawan dan komunitas untuk mitigasi bencana alam.
Sementara itu, Komandan Kodim 0833 Kota Malang, Letkol Nurul Yakin yang memimpin apel menyampaikan secara geografis, klimatologis dan demografis Kota Malang rawan bencana.
"Kota Malang di dataran tinggi dengan aliran sungai Brantas berpotensi menjadi sumber bencana seperti longsor dan banjir," kata Nurul.
Untuk itu masyarakat Malang diharapkan meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapai berbagai ancaman bencana. Apel ditutup dengan simulasi bencana alam kebakaran dan gempa bumi. (SUGIANTO)