Suara.com - Presiden Joko Widodo terpaksa memangkas 14 proyek yang masuk dalam proyek strategis nasional. Hal ini berdasarkan evaluasi 14 proyek yang dinilai tak akan rampung pada kuartal III 2019 mendatang.
Salah satu proyek strategis nasional yang dihapus yakni proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Koridor East-West Jakarta senilai Rp 83,95 triliun.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama PT. MRT Jakarta William Sabandar mengklaim rencana pembangunan jalur mass rapid transit koridor timur-barat tak terganggu kendati dicoret dari daftar Proyek Strategis Nasional.
“Tidak ada masalah pembangunan tidak akan mundur. Karena sejak awal perusahaan merencanakan pembangunan fase ketiga baru dimulai pada 2020 mendatang,” kata William saat dihubungi Suara.com, Kamis (19/4/2018).
Baca Juga: MRT Jakarta Masuk Daftar Proyek Strategis Nasional yang Dihapus
Terkait pendanaan, William mengaku tak takut akan kekurangan pembiayaan dalam pembangunan fase III. Pasalnya, perseroan masih berharap mendapatkan pinjaman dana dari pemerintah Jepang. Investasi untuk proyek ini sendiri diperkirakan mencapai Rp83,9 triliun.
"(Pendanaan) tidak akan terganggu. Sejauh ini Jepang sudah menyatakan minatnya (untuk pendanaan)," tegasnya.
Menurut William, saat ini pihaknya tengah berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan pembangunan fase I dan Fase II agar selesai tepat waktu.
Meski MRT dikeluarkan dalam Proyek Strategis Nasional, kata dia, tak akan mengubah rencana perseroan dalam pembangunan proyek infrastruktur.
“Tetap berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, target MRT fase I dan II bisa seelesai Desember 2018 mendatang,” ujarnya.
Baca Juga: Ketimpangan Teknologi Jadi Hambatan Tim SDM MRT