Suara.com - Puluhan mahasiswa dan pemuda Papua yang tergabung dalam Front Persatuan Rakyat dan Mahasiswa anti Militerisme, menuntut TNI dan Polri ditarik dari seluruh wilayah Papua.
Tuntutan itu menyusul aksi penembakan yang dilakukan polisi terhadap dua pemuda di Dogiyai, Papua Barat.
"Tim gabungan militer turun melakukan penembakan membabi buta. Mengakibatkan Geri Goo tertembak di punggung tembus ke dada. Rudi Auwe ditembak kakinya," kata juru bicara front, Meki Hubi, saat melakukan aksi massa di depan gedung DPRD Kota Malang, Kamis (19/4/2018).
Aksi penembakan itu, katanya, merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Mereka menuntut agar kasus tersebut diusut tuntas.
Baca Juga: Ini Daftar 30 Proyek Infrastruktur yang Telah Diselesaikan Jokowi
Selain itu, mereka juga menuntut agar pelaku penembakan dua pemuda Papua ditangkap dan diadili.
"Tarik polisi dan militer di Papua. Mereka bukan melindungi, justru melakukan kekerasan," katanya.
Ia mengatakan, kekerasan yang dilakukan aparat militer dan polisi adalah pelanggaran HAM yang terstruktur.
Karenanya, kata Meki, Komisi Nasional HAM harus menurunkan tim menginvestigasi kasus tersebut.
Baca Juga: Diskotek Exotic Ditutup Anies, Karyawan Kangen Ahok
"Banyak kekerasan yang dilakukan militer dan polisi di Abepura, Biak dan Dogiyai," ujarnya.