Sementara itu, personel Koyok Istimewa lainnya, Agung Bondhok, membenarkan saat diminta penegasan apakah tokoh politik beralamat di Jogja yang dimaksud adalah Amien Rais.
"Kelihatannya iya," kata Agung Bondhok.
Selanjutnya, peserta aksi membacakan pernyataan sikap yang berisi lima poin. Pertama, pernyataan elite politik tersebut tidak mendidik masyarakat dan masyarakat membutuhkan narasi politik konstruktif.
Kedua, ujaran yang dilontarkan politikus itu berpotensi memecah belah dan mengadu domba bangsa Indonesia.
Baca Juga: Usai Diperiksa Bareskrim, Facebook Bicara Soal Ancaman Penutupan
"Ketiga, kami minta yang bersangkutan meminta maaf, introspeksi dan koreksi diri. Keempat, kami mendoakan agar yang bersangkutan tetap sehat dan waras dengan dikirimnya tanda cinta kami [telur jawa dan lain-lain]," kata Agus Sunandar.
Kelima, Koyok Istimewa mengajak masyarakat untuk senantiasa merondai Indonesia agar tetap waras dan terjaga. Simbolisasi sikap ke lima ini dituangkan dalam tarian kentongan dengan aneka kostum termasuk barong dan pocong. "Artinya untuk mengajak seluruh masyarakat bersatu merondai persatuan Indonesia," kata Agus.
Sebelumnya, Amien Rais melontarkan kalimat yang mendikotomikan partai di Indonesia menjadi dua. Ucapan itu dia lontarkan saat bertausiah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4/2018) lalu.
Amien dalam tausiahnya mengatakan Partai Gerindra, PAN, dan PKS ada untuk membela agama Allah. Sementara orang yang anti-Tuhan bernaung dalam partai besar yaitu partai setan.
Putra Amien Rais, Hanafi Rais, kepada media menyatakan ucapan ayahnya tersebut konteksnya untuk memberi tausiah. Ayahnya hanya menyampaikan Surat Almujadilah ayat 19 tentang setan (hizbusysyaitan) dan ayat 22 tentang partai Allah (hizbullah).
Baca Juga: Melahirkan, Rey Utami Tak Jadi Pakai Nama Presiden untuk Bayinya
Anggota DPR Dapil DIY itu menganggap pernyataan ayahnya sesuai konteks karena disampaikan saat tausiah subuh. Ia justru mempertanyakan di mana letak kesalahan ayahnya.