Rekam Anak Majikannya Mandi, TKI di Hong Kong Dipenjara 3 Bulan

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 17 April 2018 | 14:45 WIB
Rekam Anak Majikannya Mandi, TKI di Hong Kong Dipenjara 3 Bulan
Video TKI yang tengah memandikan 2 anak majikannya. Ia ditahan polisi Hong Kong karena menyebar video itu ke Facebook. Ia diyakini tak mengetahui hal itu terlarang di Hong Kong. [SCMP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - YK, perempuan tenaga kerja Indonesia dijatuhi hukuman penjara selama tiga bulan oleh majelis hakim Pengadilan Eastern, Hong Kong, Senin (16/4/2018).

Vonis itu dijatuhkan karena YK dianggap bersalah merekam dan mengunggah video anak majikannya yang sedang mandi di media sosial.

Vonis tersebut lebih ringan dari ancaman hukuman pidana selama lima tahun, demikian keterangan tertulis Konsulat Jenderal RI di Hong Kong kepada Antara di Beijing, Tiongkok.

Selain terdakwa berinisial YK mengakui kesalahannya, vonis ringan tersebut juga disebabkan adanya pertimbangan majelis hakim terhadap surat pembelaan yang dikirimkan oleh KJRI Hong Kong.

Baca Juga: Amoroso Katamsi Dimakamkan Secara Militer

KJRI Hong Kong mengingatkan kepada para WNI, khususnya pekerja migran di sektor informal untuk menjadikan pelajaran atas kasus yang menimpa TKI berusia 29 tahun itu.

Dalam video tersebut, tampak YK tengah memandikan dua anak-anak yang telanjang di kamar mandi apartemen Electric Road, North Point, Jumat, 1 Desember 2017.

Dua anak-anak tersebut masing-masing berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Mereka masih berusia 8 tahun. Video berdurasi 17 menit tersebut telah dihapus pada Senin, 4 Desember.

Dalam video itu, satu dari dua bocah itu sempat bertanya kepada TKI tersebut apakah dirinya merekam mereka mandi. Namun, TKI itu dalam video mengatakan tak merekam.

"Kami menangkap buruh migran asal Indonesia atas sangkaan menyebar pornografi anak," kata pejabat biro investigasi distrik timur Hong Kong kala itu.

Baca Juga: Akibat Abu Tours, Kemenag Diminta Moratorium Pendaftaran Umroh

Eni Lestari, aktivis buruh migran Asia, mengatakan pelaku melakukan hal itu karena adanya perbedaan kultur Indonesia dengan Hong Kong.

"Karenanya, pemerintah harus bertanggung jawab untuk melatih buruh-buruh migran agar mengatasi perbedaan kultural tersebut," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI