Kepala BNPB: 4 Juta Orang Tinggal di Kawasan Rawan Tsunami

Minggu, 15 April 2018 | 10:05 WIB
Kepala BNPB: 4 Juta Orang Tinggal di Kawasan Rawan Tsunami
Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB menetapkan 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana. (suara.com/Dian Kusumo Hapsari)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB menetapkan 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana. BNPB mengajak semua pihak meluangkan satu hari untuk melakukan latihan kesiapsiagaan bencana secara serentak.

Untuk mensukseskan acara tersebut, pagi ini, BNPB menyelenggarakan sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana di area Car Free Day, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam sambutannya, Kepala BNPB Willem Rampangilei mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Untuk itu, kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan agar masyarakat bisa selamat dari bencana alam.

“Faktanya Indonesia sebagai negara rawan bencana, kita dilalui oleh jalur cincin api pasific. Sehingga ada 150 juta saudara-saudara kita tinggal di daerah rawan bencana gempa bumi. 60 juta tinggal di daerah rawan banjir, 40 juta rawan longsor, 4 juta tsunami dan 1,1 juta tinggal di daerah rawan erupsi,” kata Willem, Minggu (15/4/2018).

Baca Juga: ICJR: Hentikan Upaya Pemidanaan Peneliti Tsunami Widjo Kongko

Menurut Willem, bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia tidak hanya memberikan dampak negatif pada kondisi perekonomian melainkan juga pada infrastruktur, di mana banyak rumah rusak.

“Dampak bencana pada tahun lalu itu tercatat 2.732 kali. Menelan korban sebanyak 372 jiwa. Kalau kita lihat memang lebih baik dibandingkan tahun 2016 yang meninggal dunia 561.

Belum lagi kita berbicara kerugian baik kerugian ekonomi ataupun infrastruktur ratusan ribu rumah rusak, masyakarat terdampak dan ini terjadi setiap tahun,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, lanjut Willem, maka penanggulangan becana menjadi urusan bersama tidak mungkin kalau hanya pemerintah. Perlu adanya kokaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

“Karena ada penelitian dari jepang keselamatan seseorang itu 34 persen karena kekuatan dari individunya. Lalu 32 persen oleh keluarga, 28 persen untuk orang yang ada disekitarnya dan kalau dikumpulkan semuanya 95 persen itu ada dikomunitas. Oleh sebab itu, untuk membuat indonesia menjadi tangguh bencana harus melakukan pendekatan ketangguhan berbasis masyarakat,” ujar Willem.

Baca Juga: Gempa Kembali Guncang Banten dan Jakarta, Tak Berpotensi Tsunami

Willem berharap, dengan menggelar acara hari ini adalah masyarakat Indonesia bisa lebih save for life banyak jiwa-jiwa yang bisa diselamatkan dari bencana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI