Kisah Getir Di Balik Miras Oplosan Maut di Cicalengka Bandung

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 13 April 2018 | 06:30 WIB
Kisah Getir Di Balik Miras Oplosan Maut di Cicalengka Bandung
Lena Anggraeni (30), adik salah satu korban meninggal dunia akibat meneguk miras oplosan di Cicalengka, Kabupaten Bandung. [Suara.com/Aminuddin]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lena Anggraeni, 30 tahun, memekik menuding petugas polisi yang sedang berkerumun di halaman depan rumah mewah tersangka HM saat sedang menyita barang bukti kasus minuman keras (miras) oplosan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Kamis (12/4/2018).

Pekikan Lena, yang kala itu berada di seberang jalan, mengalahkan deru mesin kendaraan yang melintasi jalanan. Amarah tampak dominan menguasai gerak tubuhnya yang terlihat cukup tak enak dipandang mata. "Pak polisi ini nyawa orang bukan nyawa ayam, gara-gara oplosan puluhan orang meninggal," laungnya.

Tak lama kemudian Lena menyeberang ditemani warga setempat mendekati rumah mewah itu. Disana pula Lena bercerita banyak tentang almarhum kakaknya beberapa jam menjelang ajal kematian.

Lena merupakan adik dari Dede Ruhimat, 31 tahun, salah satu korban tewas akibat menenggak miras oplosan ginseng di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Lena berkisah mengkonsumsi minuman beralkohol memang kebiasaan sehari-hari Dede. Namun, miras oplosan ginseng berwarna kuning itu memang hal lain bagi Dede.

Dede kala itu, tampak tegang dan berteriak-teriak meminta tolong lantaran tidak kuat menahan rasa sakit efek dari miras oplosan itu. "Kayanya saya mau mati, lihat orang-orang udah tidak jelas," ujar Lena menirukan ucapan Dede.

Menurutnya, Dede merupakan sosok yang baik dan perhatian terhadap keluarga. Menenggak minuman beralkohol memang dianggap biasa bagi warga sana, dan tidak lantas dicap miring.

Sehari-hari Dede bekja sebagai tukang ojek pangkalan. Pada Sabtu, (7/4/2018), Dede bersama 4 rekan-rekannya menenggak miras oplosan di pangkalan ojek tidak terlalu jauh dari rumahnya. Keesokan harinya, Dede merasakan nyeri di bagian perut dan akhirnya dilarikan ke RSUD Cicalengka.

Malang nasib Dede, dia tidak mampu bertahan dari amukan racun metanol yang dikandung miras oplosan itu. Dia pun menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 22.00 WIB, Minggu (8/4/2018), di pelukan istrinya.

Iir Afrianti, 32 tahun, tampak berpisah dari kerumunan kala ini. Raut mukanya terlihat kuyu. Sesekali dia memandang ke arah Lena yang kala itu sedang diwawancarai awak media. Tak lama kemudian Iir mendekati Lena.

Dia tampak tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lantaran harus ditinggal suaminya untuk selamanya. "Ini Iir, istri kakak saya," ucap Lena memperkenalkan Iir.

Iir tidak banyak bicara saat dilontarkan pertanyaan oleh Suara.com, kala itu. Dia lebih banyak menjawab singkat. Ada satu jawaban Iir yang cukup tegas saat ditanya terkait nasib para tersangka pengoplos miras itu.

"Saya minta dihukum seberat-beratnya, hutang nyawa maka harus dibayar nyawa," katanya.

Lain halnya dengan Lena dan Iir, nasib Marlina, 45 tahun, lebih beruntung. Dia tidak kehilangan sanak keluarganya. Anak Marlina, Agung Suhendar, 19 tahun, menjadi salah satu korban selamat setelah menenggak minuman tak layak konsumsi itu.

Warga kampung Kebon Suuk, Cicalengka itu mengaku panik saat mendengar anaknya meneguk miras oplosan ginseng itu. Namun, beruntung nyawa Agung terselamatkan setelah dicekoki 2 gelas minyak goreng.

"Alhamdulillah anak saya selamat, sekarang intens diberi kepala muda sama susu agar racun oplosannya hilang," katanya. (Aminuddin)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI