Gus Yasin mengakui, Gus Mus sangat menyesalkan adanya penafsiran keliru yang berujung kontroversi. Namun, Gus Mus juga senang banyak masyarakat yang merespon dan membela puisinya.
Gus Mus, kata Yasin, mengakui banyak dihubungi santri-santrinya, terutama yang kini menjadi anggota GP Ansor dan Banser, ketika puisi itu dipersoalkan oleh eks demonstran anti-Ahok di DKI Jakarta.
"Banyak sekali dari teman Banser dan Ansor, mereka bertanya siapa yang melaporkan dan menghina puisi tersebut. Tapi karena Gus Mus mau umrah jadi belum bisa ketemu mereka," kata Gus Yasin.
Pihaknya juga dititipkan pesan Gus Mus, untuk tidak terlalu menanggapi serangan isu penistaan agama terkait pembacaan puisinya.
Baca Juga: Optimis, Prabowo Subianto Tidak Galau Maju Jadi Capres 2019
"Kata Gus Mus 'wes jarke wae lah toh (sudah biarkan saja lah), mereka akan kena batunya sendiri, itu kan malah menguntungkan njenengan (Anda) sama mas Ganjar toh itu bukan njenengan yang ngarang'," tutur Gus Yasin menirukan pesan Gus Mus.
FUIB Minta Maaf
Ketua Umum FUIB—eks demonstran anti-Ahok pada masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017—Rahmat Himran urung melaporkan Ganjar Pranowo ke Bareskrim Polri atas tuduhan menistakan agama, karena membacakan puisi Gus Mus.
Dalam konferensi pers di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (10/4), Imran justru memohon maaf kepada Gus Mus.
"Kami minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Gus Mus dan keluarga besar Nahdlatul Ulama. Karena puisi yang dibacakan Pak Ganjar ternyata puisi Gus Mus,” tuturnya.
Baca Juga: Radja Nainggolan: Roma Memang Layak Menang atas Barcelona