Suara.com - Mustofa Bisri, budayawan sekaligus ulama terkenal Indonesia, akhirnya buka suara terkait kontroversi puisi yang dibacakan oleh Calon Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Taj Yasin, Calon Wakil Gubernur Jateng pasangan Ganjar, mengkapkan Gus Mus sempat menuturkan mengenai puisinya yang dideklamasikan Ganjar dan dituding sejumlah pihak sebagai bentuk penistaan agama.
Padahal, puisi itu sudah lama dibuat Gus Mus, yakni ketika Orde Baru dan Soeharto masih berkuasa di Indonesia.
"Gus Mus prihatin karena puisi yang dulu jadi ikon perlawanan Orde Baru malah dipermasalahkan di era sekarang," kata Gus Yasin, saat mengantar Gus Mus berangkat ibadah Umrah, di Bandara Ahmad Yani Semarang, Rabu (11/4).
Baca Juga: Optimis, Prabowo Subianto Tidak Galau Maju Jadi Capres 2019
Gus Yasin bercerita, selama mengantar di bandara, Gus Mus mengatakan puisi itu karangannya 30 tahun lalu.
Persisnya, sewaktu masih menjadi anggota DPRD provinsi bersama Kiai Toyfur yang sudah almarhum.
"Gus Mus cerita puisi itu hasil ngobrol dengan Kiai Toyfur. Kata Kiai Toyfur waktu itu 'gus catat saja, bikin aja terus jadi puisi’ begitu," kata Yasin menirukan pernyataan Gus Mus.
Dalam cerita Gus Mus lagi, konteks puisi tersebut menggambarkan masyarakat Indonesia yang tertindas oleh rezim Orba.
Puisi tersebut sangat populer pada masanya di kalangan mahasiswa dan aktivis.
Baca Juga: Radja Nainggolan: Roma Memang Layak Menang atas Barcelona
"Konteksnya dulu itu masyarakat tertindas karena politik waktu itu, jadi itu ungkapan dan puisi itu menjadi puisi wajib ketika masyarakat gerakan-gerakan LSM dan mahasiswa untuk demo," kata Yasin