Suara.com - Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia, Raja Juli Antoni, mengatakan pihaknya tidak ada masalah dengan Rusia. Menurut dia, PSI tidak punya masalah dengan pemerintah Rusia.
Hal ini dikatakan Raja seusai mengundang perwakilan Kedutaan Besar Rusia untuk berdiskusi terkait kritik yang disampaikan Ketua DPP PSI Tsamara Amany, terhadap pernyataan Wakil Ketua DPR dari fraksi Gerindra Fadli Zon menimbulkan polemik di masyarakat dan mendapat respon dari media Rusia.
"Kami mengklarifikasi beberapa hal yang terjadi. Intinya ini bukan (persoalan) PSI dan Rusia, ini adalah PSI dengan Wakil Ketua Gerindra Pak Fadli Zon, yang menggunakan seorang pemimpin asing dalam hal ini presiden Putin," ujar Raja saat konferensi pers di Kantor DPP PSI, Jalan Wahid Hasyim, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (11/4/2018).
Dalam kesempatan yang sama Tsmara menerangkan, pertemuan yang berlangsung tertutup dengan Sekretaris Pertama Kedubes Rusia Sergy Drobyshevskiy berjalan hangat dan seru.
Baca Juga: Pasca Hina Putin, Tsamara Ajak Diskusi Kedubes Rusia
Ia menyebut sempat tukar pikiran dalam diskusi tadi.
"Ini bukan PSI vs Rusia. Ini adalah urusan PSI yang menjawab tantangan wakil ketua Gerindra Bapak Fadli Zon yang ingin berdebat dengan pengurus PSI," kata dia.
Tsmara menceritakan polemik dengan Fadli. Dia mengaku siap berdebat secara personal denga Fadli.
"Saat itu saya menyatakan kalau ingin berdebat berdua saja, jangan ke struktur pengurus PSI. Dan ini nggak ada kaitanya dengan kerja sama Indonesia dengan Rusia, atau PSI dengan Rusia," kata dia.
Sebelumnya, Tsamara Amany mendapat kritik dari media Rusia, karena dinilai memunyai opini yang salah mengenai Presiden Vladimir Putin dan politik negeri tersebut.
Baca Juga: Gara-Gara Tsamara Amany, Jokowi Diharap Minta Maaf ke Putin
Kritik itu dilancarkan media Russia Beyond edisi bahasa Indonesia, melalui akun Facebook resminya, Kamis (5/4/2018) malam.
Russia Beyond juga mengunggah tautan video Tsamara yang tengah mengomentari Vladimir Putin dan Rusia untuk membalas pernyataan Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Fadli Zon.
Pernyataan Fadli yang dimaksud Tsamara adalah, penilaiannya bahwa Indonesia memerlukan sosok pemimpin kuat seperti Putin. Fadli menilai, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto cocok dengan kriteria tersebut.
Berikut pernyataan Tsamara dalam video, yang mengomentari pernyataan Fadli dengan menyebut Putin bukan contoh teladan sebagai pemimpin.
Putin bukan contoh pemimpin yang baik. Ia membungkam oposisi dan pers di Rusia sana.
Di Rusia, tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia. Bahkan di sana, praktik-praktik korupsi dibiarkan begitu saja.
Kalau kita lihat dari segi indeks persepsi korupsi, Indonesia jauh di atas Rusia. Nah, kalau sudah tahu begitu, yakin orang seperti itu mau dijadikan standar kepemimpinan?
Kalau saya? Tidak mau ada pemimpin seperti itu di Indonesia.
Pernyataan-pernyataan Tsamara itu dibalas oleh administrator laman komunitas Rusia Beyond berbahasa Indonesia.
Mereka menyebut Tsamara adalah politikus yang berwawasan dangkal.
Wow, luar biasa Tsamara Amany!
Selamat malam Tsamara, kami Russia Beyond, media Rusia yang (salah satunya) dalam bahasa Indonesia—mungkin Anda belum pernah tahu sebelumnya, jadi mari kita berkenalan.
Kami pikir di sini ada kesalahpahaman soal pengetahuan Anda tentang politik dan bahkan sistem pers di Rusia. Ini sangat disayangkan sekali.
Kami tidak membela siapa pun, termasuk Fadli Zon atau bahkan Presiden Putin. Namun, pernyataan Anda tentang negara kami, bahwa di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia, ini menunjukkan kedangkalan wawasan.
Pernyataan Anda juga sangat disayangkan karena hubungan antara kedua negara kita sangat baik. Anda mungkin bisa tidak sepakat dengan Fadli Zon, tapi pernyataan Anda sebagai seorang politikus muda sungguh menunjukkan ketidakdewasaan.
Kami pikir, Anda perlu lebih banyak riset soal negara kami. Kalau ada politikus Indonesia yang mengidolakan pemimpin kami, kami bisa apa? Yang jelas, Anda selalu bisa juga berdiskusi dengan kami, Russian Embassy in Indonesia, atau Pusat Kebudayaan Rusia untuk tahu lebih banyak tentang negara kami.
Soal korupsi, di Rusia memang ada korupsi, dan ya, besar—itu betul. Peringkat kami di bawah Indonesia, itu juga betul. Namun, bukan berarti kami tidak melawan korupsi dan membiarkannya begitu saja seperti yang Anda katakan.
Tahukah Anda bahwa di Rusia pernah terjadi penangkapan pejabat secara massal sepanjang sejarah pasca-Soviet.
Rusia pernah menghukum 8.800 pegawai negeri Rusia karena kasus korupsi (dalam tempo satu tahun). Banyak? Ya, tentu. Tapi bukan berarti kami membiarkan sama sekali.
Kami lihat, Anda punya karier yang sedang naik. Karena itu, kami harap Anda bisa lebih bijaksana ke depannya ketika mengomentari negara lain, apalagi jika pengetahuan Anda tentang negara itu sangat minim.
Jika itu kebetulan tentang Rusia, silakan cari tahu banyak hal dari kami.