Suara.com - Pengamat politik Universitas Airlangga, Novri Susan menilai dari penampilan di Debat Publik I Pilgub Jatim 2018, Selasa (10/4/2018) terlihat jelas yang diambil dari masing-masing calon. Kandidat nomor urut satu, Khofifah-Emil, terlihat mengambil posisi agresif. Adapun Gus Ipul-Puti terlihat lebih tenang, santai dan tegar dalam mengurai problem sekaligus solusi bagi masyarakat.
”Terutama pada segmen debat cawagub, terlihat Emil sangat agresif, bahkan beberapa sesi sempat emosional saat Puti bertanya soal kondisi anak gagal tumbuh atau stunting di Kabupaten Trenggalek, dimana Emil menjadi Bupati,” ujarnya
Menurut batas toleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka anak gagal tumbuh atau stunting ditoleransi 20 persen dari jumlah balita. Sementara, di Trenggalek, angkanya mencapai 25 persen. Di atas batas toleransi WHO.
Novri mencatat, Emil setidaknya juga beberapa kali menyerang Puti Soekarno secara personal dengan mengatakan, bahwa Puti tidak paham dengan masalah gizi/kesehatan anak.
Baca Juga: Adu Yel Warnai Debat Publik Pilgub Jatim Khofifah dan Gus Ipul
Novri menganalisis pilihan Emil yang agresif menyerang lawan dalam kacamata sosiologi politik bisa malah membuat publik Jatim tidak simpati. Ini karena publik Jatim dikenal sebagai publik santun yang menginginkan pemimpin rendah hati dengan karya yang nyata.
”Nah kredibilitas komunikator politik, dalam hal ini kandidat, akan sangat berpengaruh dalam upaya mendapatkan dukungan khalayak. Sikap yang agresif, merendahkan orang lain, tentu menghasilkan dampak defisit bagi kandidat bersangkutan,” ujarnya.
Doktor sosiologi politik lulusan Doshisha University Jepang tersebut menambahkan, posisiGus Ipul-Puti yang memilih memaparkan program dengan rendah hati dan menonjolkan kerja yang terukur selama menjadi pemimpin cukup tepat.
”Saya melihat Gus Ipul dan Puti lebih cenderung woles ya, lebih tenang karena lebih berpengalaman, dan mampu memaparkan bukti kerja terukur daripada memilih strategi retorika yang mengawang dan agresif,” ujar Novri.
Debat kandidat pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) Jawa Timur berlangsung Selasa malam (10/4). Dua kandidat, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno, bertarung gagasan dan program.
Baca Juga: Jelang Debat Pilgub Jatim, Khofifah ke Pasar, Gus Ipul ke Warkop
Berlangsung panas
Debat Publik I Pilgub Jatim 2018, pada sesi tanya jawab Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jatim 2018, berlangsung panas. Puti berkesempatan bertanya ke Emil langsung menyerang dengan data kemiskinan Trenggalek yang dipimpinnya. Dari pertanyaan Puti, dia mengkritisi intinya Emil tidak berhasil mengentaskan kemiskinan di Trenggalek. Ternyata, pertanyaan itu sudah di prediksi oleh Emil.
"Data BPS (Badan Pusat Statistik) 2016, tingkat kemiskinan naik 0,17 persen," kata Puti di debat yang digelar di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Selasa malam.
Selain itu Puti juga membongkar angka pengangguran di Trenggalek. Disebutnya, angka pengangguran di Trenggalek naik 37 persen. Emil mengklaim, angka kemiskinan di Trenggalek lebih baik daripada angka kemiskinan Provinsi Jatim.
"Angka kemiskinan malah lebih baik dari Provinsi. Malah angkanya sudah angka 12. Cek BPS saja," tegas Emil.
Soal tingkat pengangguran di Trenggalek, Emil berujar tingkatnya pada 2016 adalah 4 persen. Bahkan pada 2017 mengalami penurunan menjadi 3,4 persen. Namun apa yang dijelaskan Emil tetap tidak diterima Puti. Bahkan, Puti bersikukuh bahwa data BPS yang disitirnya adalah valid.
Ketika Emil berkesempatan bertanya pada Puti, ada pertanyaan yang susah dijawab Cawagub pasangan Saifullah Yusuf ini.
"Berapa jumlah gizi buruk di Jatim?" Tanya Emil.
Sayang, pertanyaan Emil tidak bisa dijawab Puti sesuai data.