Ade Armando: Ada yang Berdoa Agar Allah Melaknat Saya

Selasa, 10 April 2018 | 11:25 WIB
Ade Armando: Ada yang Berdoa Agar Allah Melaknat Saya
Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Ade Armando (Dok SMRC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar Komunikasi yang juga Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando buka suara soal ancaman persekusi yang diterimanya dari Dewan Pimpinan Pusat Jawara Jaga Kampung Nusantara (Jajaka Nusantara) pimpinan Damin Sada. Ancaman persekusi itu didapat lantaran mengomentari puisi ‘Ibu Indonesia’ Sukmawati Soekarnoputri.

Damin tidak suka dengan komentar Ade di Facebook. "Azan tidak suci. Azan itu cuma panggilan untu sholat. Sering tidak merdu. Jadi biasa-biasa sajalah..." begitu kata Ade di Facebooknya.

Lalu Damin mengancam, "Demi Allah, saya sebagai seorang Muslim tersakiti dengan segala ucapannya yang selalu mendiskreditkan Nilai-Nilai Suci ke Islaman. Semoga Allah melaknatnya!!! Demi Allah saya akan cari cara untuk buat perhitungan dengan dia!!! Ade Armando. SEBARKAN !!!" begitu tulis Damin 5 April lalu.

Menurut Ade, ancaman itu mencerminkan kekurangpengetahuan tentang Islam. Itu juga dia ungkapkan dalam akun Facebooknya yang ditulis, Senin (9/4/2018) kemarin.

Baca Juga: Ancaman Persekusi Ade Armando, Polisi Depok Akan Jaga Kampus UI

“Gara-gara saya menulis bahwa ‘azan itu tidak suci’, saya dihujat kanan-kiri. Ada yang mau bikin perhitungan. Ada yang bilang saya menodai Islam. Ada yang berdoa agar Allah melaknat saya. Ada yang bilang, darah saya halal,” tulis Ade.

“Reaksi negatif semacam ini, menurut saya, mencerminkan kekurangpengetahuan tentang Islam. Kalau saja teman-teman yang protes ini menyempatkan waktu belajar kembali tentang Islam dan sejarah Islam, mereka tentu tidak perlu marah-marah,” lanjut Ade.

Berikut penjelasan lengkap Ade dalam akun Facebooknya itu:

SOAL AZAN YANG TIDAK SUCI

Gara-gara saya menulis bahwa ‘azan itu tidak suci’, saya dihujat kanan-kiri.

Baca Juga: Polda Metro Telusuri Ancaman Ormas Persekusi Dosen UI Ade Armando

Ada yang mau bikin perhitungan. Ada yang bilang saya menodai Islam. Ada yang berdoa agar Allah melaknat saya. Ada yang bilang, darah saya halal.

Reaksi negatif semacam ini, menurut saya, mencerminkan kekurangpengetahuan tentang Islam. Kalau saja teman-teman yang protes ini menyempatkan waktu belajar kembali tentang Islam dan sejarah Islam, mereka tentu tidak perlu marah-marah.

Begini lho.

Apa sih yang dalam Islam dipandang suci? Allah jelas Maha Suci. Al Quran jelas suci karena merupakan kumpulan ayat-ayat Allah. Tapi azan?

Azan seperti yang kita kenal saat ini bukanlah perintah Allah.

Bacalah sejarahnya.

Praktek azan dimulai pada tahun ke-2 Hijriah. Ini dimulai dengan musyawarah antara Nabi Muhammad dan para sahabat tentang apa cara terbaik untuk memberitahu umat Islam bahwa sudah tiba waktu shalat. Harap catat, saat itu tidak ada jam.

Ada beberapa ide dikemukakan sahabat. Ada yang bilang, kibarkan saja bendera. Ada yang mengusulkan, tiup terompet. Ada pula ide membunyikan lonceng. Ada yang menyarankan, menyalakan api. Tapi akhirnya yang dipilih adalah memanggil orang shalat dengan mengumandangkan azan seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jadi ini adalah hasil kesepakatan Nabi dan para sahabat.

Dan format azan itu sendiri juga bukan berasal dari wahyu Allah, melainkan berdasarkan mimpi seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid (menurut kisah Abu Dawud). Ia mengatakan bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pria yang mengajarinya mengumandangkan azan. Mimpi itu disetujui oleh nabi Muhammad.

Menurut saya, kisah ini bisa sangat membantu kita memahami bahwa azan itu bukanlah hal yang sakral karena hakekatnya adalah cara untuk menyatakan waktu shalat sudah tiba. Sebuah penanda waktu.

Karena itulah, di Universitas Indonesia misalnya, kuliah atau diskusi akan jalan terus walaupun terdengar azan. Karena itu pula, mayoritas umat Islam saat ini sudah tidak merasa perlu menunggu kumandang azan untuk tahu apakah waktu shalat sudah tiba, karena sudah ada jam sebagai penanda waktu.

Karena itu juga, muazin (mereka yang mengumandangkan azan) tidak selalu merdu mengumandangkan azan, karena kemerduan suara bukan prasyarat mutlak untuk menjadi muazin.

Jadi begitulah. Hakekatnya, azan itu adalah seruan untuk menyatakan waktu shalat sudah tiba sekaligus mengajak orang untuk shalat. Kumandang azan pun tidak selalu merdu, karena hakekatnya memang tidak berurusan dengan estetika. Mau dibaca datar-datar saja juga boleh. Tidak ada yang melarang.

Jadi begitu ya. Menurut apa yang saya pelajari, azan itu tidak suci. Kalau Anda tidak setuju silahkan dan ajukan argumentasi Anda.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI