Jurnalis Palestina Dibunuh Israel, Tepi Barat Kembali Panas

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 08 April 2018 | 13:42 WIB
Jurnalis Palestina Dibunuh Israel, Tepi Barat Kembali Panas
Seorang pemuda Palestina tengah berhadap-hadapan dengan tentara Israel dalam bentrok di Tepi Barat, Sabtu (3/2/2018). [AFP/Jaafar Ashtiyeh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan jurnalis Palestina, Sabtu (7/4/2018), berunjuk rasa di Tepi Barat yang diduduki Israel untuk memprotes pembunuhan seorang jurnalis di Gaza oleh tentara rezim Zionis.

"Unjuk rasa ini adalah pesan dari semua jurnalis, di Gaza atau Tepi Barat, kami akan terus meliput kejahatan pendudukan meskipun terjadi kekerasan dan penindasan," ujar Mar Nazzal, anggota Palestina Jurnalis Syndicate, kepada Anadolu Agency.

"Kami juga percaya, hari itu akan tiba ketika para pembunuh jurnalis akan dibawa ke pengadilan internasional," katanya.

Sabtu pagi, ratusan warga Palestina di Jalur Gaza, membaringkan Yasser Mortaja (30) yang ditembak pasukan Israel pada Jumat (6/4), saat meliput pawai "March Great Return", dekat perbatasan timur Khan Yunis di Gaza.

Baca Juga: Masyarakat di Bali Mulai Gemar Menabung

Pemakaman itu dihadiri oleh Ismaiel Haniyeh, kepala biro politik Hamas, beberapa pejabat dan puluhan jurnalis.

Menurut saksi, Mortaja mengenakan jaket pers saat militer Israel menembak perutnya.

Sejak Jumat pagi, ribuan warga Palestina berkumpul di perbatasan timur Jalur Gaza untuk mengambil bagian dalam demonstrasi anti-pendudukan yang sedang berlangsung.

Mortaja, yang bekerja sebagai pembuat film, mengambil bagian dalam produksi serangkaian film dokumenter yang disiarkan melalui media Arab dan asing tentang situasi di Jalur Gaza.

Setidaknya 31 warga Palestina menjadi korban keganasan pasukan Israel sejak 30 Maret, ketika demonstrasi damai terjadi, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

Baca Juga: Via Vallen: Aku Kangen 'Mbonek' Lagi

Unjuk rasa itu adalah bagian dari demonstrasi enam pekan yang akan mencapai puncaknya pada 15 Mei, sekaligus menandai ulang tahun ke-70 pendirian Israel—peristiwa yang disebut warga Palestina sebagai "Nakba" atau "Malapetaka".

Demonstran menuntut agar para pengungsi Palestina diberi "hak untuk kembali" ke kota dan desa mereka di Palestina yang bersejarah, yang diambil alih pada 1948 oleh negara baru Israel.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI