Suara.com - Generasi milenial tanah air, dipercaya memegang peranan yang sangat penting dalam momen pemilihan legislatif dan Pilpres 2019. Bahkan diasumsikan, barang siapa yang mampu merangkul generasi muda, maka akan keluar sebagai pemenang, baik di Pileg maupun di Pilpres 2019.
Menurut Wakil Bendahara Umum DPP Angkatan Muda Partai Golkar, Ahmad Irawan, pada Pilpres 2014 yang lalu, jumlah partisipasi pemilih secara nasional hanya 69,8 persen. Sementara, menjelang Pilpres 2019 mendatang, jumlah kalangan kaum muda saja, yaitu sudah mencapai 49 persen pemih.
"Artinya jika ada 40 persen generasi milenial, siapa yang bisa menarik hatinya maka bisa menang Pemilu," kata Irawan dalam acara diskusi "Partisipasi Generasi Milenial Pada Pemilu 2019" yang digelar oleh DPP AMPG di FX Sudirman, Jakarta, Jumat (6/4/2018).
Namun demikian, untuk merebut suara generasi milenial, tentu tidak semudah yang dibayangkan. Perlu berbagai inovasi-inovasi dan strategi yang jitu untuk merebut hati mereka. Partai Politik yang kaku, belum tentu bisa merebut simpati mereka.
Sementara itu, pengamat politik dari Voxpol Centre, Pangi S. Chaniago mengatakan, generasi milenial ada dua jenis. Milenial muda dan milenial tua. Partai Politik maupun kandidat mesti memahami sifat dan karakter generasi milenial ini.
"Menurut saya yang paling milenial itu Gerindra. Tetapi ada blunder dari Gerindra karena statement pidato Prabowo Subianto (tentang prediksi Indonesia akan bubar 2030). Anak milenial itu nggak suka pesimisme," tutur Pangi.
Gaya politik Prabowo dan Jokowi sangat berbeda. Jokowi, kata Pangi, berusaha menyesuaikan dengan diri dengan karakter yang disukai oleh generasi milenial.
"Pak Jokowi misalnya masuk pada apa yang disukai milenial dan masuk kepada hobi. Mereka jelas tahu Pak Jokowi senang motor. Jokowi juga senang masuk ke apa yang mereka senangi. Pak Jokowi paham betul apa yang menjadi citarasa milenial ini," kata Pangi.
Generasi milenial tanah air, dipercaya memegang peranan yang sangat penting dalam momen pemilihan legislatif dan Pilpres 2019. Bahkan diasumsikan, barang siapa yang mampu merangkul generasi muda, maka akan keluar sebagai pemenang, baik di Pileg maupun di Pilpres 2019.
Menurut Wakil Bendahara Umum DPP Angkatan Muda Partai Golkar, Ahmad Irawan, pada Pilpres 2014 yang lalu, jumlah partisipasi pemilih secara nasional hanya 69,8 persen. Sementara, menjelang Pilpres 2019 mendatang, jumlah kalangan kaum muda saja, yaitu sudah mencapai 49 persen pemih.