BMKG: Isu Tsunami Banten Hanya Model Penelitian, Harus Diuji

Kamis, 05 April 2018 | 11:44 WIB
BMKG: Isu Tsunami Banten Hanya Model Penelitian, Harus Diuji
Ilustrasi cuaca buruk di perairan [BMKG]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa isu tsunami yang akan terjadi di Pandeglang, Provinsi Banten, setinggi 57 meter bukan prediksi tetapi hanya merupakan hasil pemodelan penelitian.

"Modeling masih harus diuji lebih lanjut dengan model lain dan harus diverifikasi dengan data yang valid, jadi belum dapat dijadikan acuan untuk mengambil langkah mitigasi," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui video konferensi di Jakarta, Kamis (5/4/2018).

Kepala BMKG didampingi Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly yang berada di Jayapura, Provinsi Papua, mengatakan, modeling berbeda dengan prediksi yang berdasarkan data serta fakta.

"Maka hasil model itu kenapa belum menjadi acuan BMKG untuk mengambil langkah-langkah seperti mengeluarkan peringatan dini," kata Dwikorita.

Baca Juga: Rawan Tsunami 57 Meter, Shelter Tsunami Pandeglang Dikorupsi

Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly mengatakan terkait isu tsunami di Pandeglang itu masih merupakan hasil modeling bukan prediksi.

"Model ada banyak yang bisa digunakan, dengan memasukkan berbagai parameter bisa muncul puluhan prediksi," kata Muhamad Sadly.

Dia menjelaskan, para peneliti mengeluarkan model dari teori dan penelitian tahap awal.

"Jadi penelitian hanya untuk memberikan edukasi bukan menakuti-nakuti masyarakat serta membangun kepedulian dan kesadaran masyarakat bahwa negara kita memang rawan bencana," tambah dia.

Sebelumnya Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto dengan tegas mengatakan��bahwa isu potensi tsunami di Pulau Jawa bagian barat adalah sebuah kajian pemodelan secara ilmiah.

Baca Juga: BPPT: Potensi Tsunami Besar di Jawa Sebatas Pemodelan Ilmiah

"Datangnya bisa saja masih lama, bisa saja juga tidak terjadi. Masyarakat tidak perlu galau dengan pemberitaan yang tidak lengkap atau sensasional," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI