Suara.com - Ratusan warga ibu kota Israel, Tel Aviv, menggelar aksi protes terhadap kekerasan pasukan Israel saat menghadapi unjuk rasa damai warga Palestina pada Jumat (29/3) pekan lalu.
Aksi warga Tel Aviv yang dinisiasi partai komunis dan kelompok sayap kiri Israel tersebut, digelar pada Minggu (1/4) akhir pekan lalu.
Demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-militer Israel dan menuntut agar Israel segera menghentikan kekerasan terhadap warga Palestina.
Mereka juga menyerukan perlunya mencari solusi politik dan segera melanjutkan proses perdamaian.
Baca Juga: Simpan Mayat TKW di Kulkas, Pasutri Arab Divonis Hukum Gantung
“Kami mendesak pemerintah Israel melakukan investigasi mengenai kekerasan yang terjadi di pagar perbatasan Gaza,” tegas Tamar Zandberg, kepala partai sayap kiri Meretz kepada Anadolu Agency.
Jumat lalu, ribuan warga Palestina berkumpul di perbatasan timur Jalur Gaza dengan Israel, sepanjang 45 kilometer, menuntut hak mereka untuk pulang ke rumah leluhur mereka di wilayah Palestina.
Sebelum demonstrasi massal itu, Israel mengirimkan ribuan personel militer di perbatasan tersebut.
Aksi yang dijuluki "Great March of Return" itu juga menekan agar Israel mencabut blokade terhadap Gaza, yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun.
Protes itu didukung oleh hampir semua badan politik Palestina, baik faksi Islam, komunis, maupun beragam aliran kiri yang juga menghimbau perdamaian di tengah aksi tersebut.
Baca Juga: Guruh Soekarnoputra Ngobrol Benda Wasiat Soekarno dengan Jokowi
Israel merespons aksi itu dengan mengerahkan militer yang menembaki demonstran memakai peluru tajam. Akhirnya, sedikitnya 16 demonstran tewas tertembak dan ribuan lainnya terluka.
Hari Tanah merupakan peringatan tahunan bagi warga Palestina, untuk menandai tewasnya enam warga negara Israel keturunan Arab di tangan pasukan Israel dalam aksi demonstasi anti-perebutan tanah pada 30 Maret 1976 silam.