Putra Mahkota Saudi Sebut Warga Israel Berhak Hidup di Palestina

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 03 April 2018 | 10:55 WIB
Putra Mahkota Saudi Sebut Warga Israel Berhak Hidup di Palestina
Putera mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman. [AFP/Fayez Nureldine]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed Bin Salman menegaskan, warga Israel juga berhak berada di tanah Palestina.

Sebab, bangsa Israel juga secara historis memunyai hak atas tanah Palestina.

Hal itu diutarakan Mohammed—yang merupakan pemimpin de facto Arab Saudi—dalam wawancara dengan majalah The Atlantic, Senin (2/4/2018).

Kepada pemimpin redaksi Jeffrey Goldberg, Salman mengatakan semua orang memiliki hak untuk hidup di negara yang damai.

Baca Juga: Adhi Karya: Konstruksi Proyek LRT Jabodetabek Capai 35,20 Persen

"Saya percaya warga Palestina dan Israel punya hak memiliki tanah sendiri. Namun, kita harus memiliki sebuah perjanjian perdamaian untuk memastikan stabilitas bagi semua pihak dan memiliki hubungan yang normal,” kata Mohammed.

Ia juga tak menyetujui anggapan sejumlah pihak bahwa Saudi berprinsip anti-Semit. Mohammed menuturkan, banyak orang beragama Yahudi dari Amerika Serikat dan Eropa yang menetap di negerinya.

"Kami tak memunyai masalah dengan kaum Yahudi. Nabi Muhammad saja menikahi perempuan Yahudi,” tuturnya.

Goldberg mengatakan wawancara itu dilakukan sebelum bentrokan maut yang terjadi di perbatasan Israel-Gaza.

"Saya pikir pangeran tidak akan mengubah pendapatnya setelah insiden itu pun. Saudi, seperti negara-negara Arab lainnya, sudah cukup penat dengan masalah Palestina," terang jurnalis itu.

Baca Juga: Ada Logistik dan Sehat, Alasan Prabowo Mantap Nyapres di 2019

Jumat (29/3) pekan lalu, ribuan warga Palestina berkumpul di perbatasan timur Jalur Gaza dengan Israel, sepanjang 45 kilometer, menuntut hak mereka untuk pulang ke rumah leluhur mereka di wilayah Palestina.

Aksi protes itu menandai awal dari demonstrasi enam pekan yang berakhir pada 15 Mei, yang diberi nama "Nakba" atau Hari Malapetaka, yaitu tanggal dibentuknya Israel pada 1948 silam.

Jumlah warga Gaza yang tewas di tangan pasukan Israel selama demonstrasi itu naik menjadi 18 orang.

Pengunjuk rasa menuntut agar pengungsi Palestina dibolehkan pulang ke kota dan desa yang terpaksa ditinggalkan keluarga mereka ketika Israel dibentuk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI