Terbengkalai, Masjid Berusia 300 Tahun Ini Tetap Tegak Berdiri

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 01 April 2018 | 09:15 WIB
Terbengkalai, Masjid Berusia 300 Tahun Ini Tetap Tegak Berdiri
Masjid Batang Paman di Korong Koto Tinggi, Padang Padang Pariaman, Sumatera Barat. [Covesia/Rozi Yardinal]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masjid Batang Paman, rumah ibadah umat Islam yang didirikan 3 abad silam masih tegak berdiri di Padang Pariaman, Sumatera Barat, meski telamah lama terbengkalai dan tak mendapat perhatian pemerintah setempat.

Masjid itu sudah berumur lebih dari tiga ratus tahun, sejak didirikan pada tahun 1800 Masehi.

Rumah ibadah tersebut terletak di Korong Koto Tinggi, berdekatan langsung dengan Korong Patamuan, Nagari Gunuang Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur, Padang Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Walau terbengkalai, yakni dinding sedikit berlobang dan atap sudah mulai bocor, serta lantainya mulai rapuh akibat air hujan langsung menembus lantai kayu, masjid itu tetap gagah berdiri.

Baca Juga: Mayat Perempuan Mengapung di Sungai, Organ Intimnya Sobek

Informasi yang didapat Covesia.com—jaringan Suara.com, pembuatan surau tuo tersebut berkat swadaya dan gotong royong sejumlah elemen serta tokoh masyarakat dan niniak mamak.

Bangunan terbuat dari bahan kayu seutuhnya, mulai dari jenjang hingga dinding tanpa memakai paku besi.

Untuk memasangkan kayu-kayu, para pembuatnya memakai sistem pahat (alat tukang lama) serta memasukan ke kayu yang telah dilubangi untuk dipasangkan menjadi sebuah bangunan seutuhnya.

"Masjid ini memiliki ketinggian sekitar 50 m. Dari 30 tiang berdiri kokoh seakan siap menemani bangunan tua tersebut walau gempa ikut menguncang sekaligus. Sehingga Surau Tuo yang ada di Batang Paman  memiliki cerita serta ke unikan tersendiri," kata Tk Basa Tayuang (90 tahun), pemuka agama yang didampingi Hosen (58 tahun) Kapalo Mudo Koto Tinggi, kepada covesia.com, Sabtu (31/3/2018).

Ia menjelaskan, untuk mengambil macu (tiang utama) Surau Batang Paman, konon sejarahnya menghabiskan waktu selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Vatikan Panik, Paus Fransiskus Disebut Tak Percaya Neraka

Sebab, jarak tempuh untuk proses eksekusinya sekitar puluhan kilo dari lokasi surau. Kayu macu itu diambil di kaki Gunuang Tigo (lokasi longsor gempa 2009).

Orang-orang dulu mengambil kayu dari Gunuang Tigo untuk dibawa ke lokasi pembangunan surau dengan cara berjalan kaki.

"Sedangkan untuk siap seutuhnya, menghabiskan waktu selama bertahun-tahun karena seluruhnya memakai alat tradisional," ujarnya.

Kala itu, kata dia, belum ada alat berat (Eskavator) yang bisa membantu masyarakat dalam proses pengangkatan serta meletakan bahan kayu untuk pembuatannya.

"Pendiri surau Batang Paman dahulunya oleh Syekh Ungku V Koto. Pada waktu itu ia seorang ulama besar yang telah dipercaya untuk mengembangkan dan mempertahankan Islam pada tahun 1800 M silam,” jelasnya.

Ia mengatakan, dulunya masjid Batang Paman difungsikan masyarakat setempat untuk melaksanakan salat Jumat saja. Sementara Akses jalan yang masih tanah menjadi kendala faktor utama.

Hendra Amir, pemuka masyarakat di Korong Koto Tinggi berharap, Masjid Batang Paman mendapat sentuhan dari pemerintah, agar masyarakat setempat bisa melakukan salat berjemaah di sana.

"Menurut sejarah dahulunya, jika ada tokoh agama tidak salat Jumat didenda menyembelih kambing satu ekor sebagai permintaan maaf kepada sang khalik dan kepada masyarakat. Namun, saat ini masjid sejarah yang berusia ratusan tahun ini tidak berfungsi lagi akibat sudah tidak ada perhatian dari pihak terkait" tutupnya.

Berita ini kali pertama diterbitkan Covesia.com dengan judul "Sudah Berusia Tiga Abad, Masjid Tua di Padang Pariaman ini tidak Pernah jadi Perhatian Pemerintah"

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI