Scalfari, dalam wawancara kepada awak media pada Jumat (30/3) malam, menyetujui pendapat Vatikan tersebut.
"Mereka sangat benar (kalimat 'neraka tidak ada' tak ditulis dalam tanda kutipan). Ini (artikelnya) bukan hasil wawancara, tapi hasil sebuah pertemuan. Saya memang tak mencatatnya, tapi ini obrolan," tuturnya,
"Tapi seingatku, dalam obrolan kami, Sri Paus mengatakan 'neraka tidak ada'. Ya, tapi, pada orang seusiaku, bisa saja membuat kesalahan," tambahnya.
Baca Juga: Perebutan Liga Champion di Liga Italia Serie A Makin Sengit
Sementara editor La Repubblica, Mario Calabresi, membela wartawan seniornya tersebut.
"Kami memang tak memasukkan artikel Scalfari ke kolom wawancara. Artikel itu sebagai karya pertukaran budaya dan dialog antara seorang Yesuit (tarekat dalam Katolik) dengan laki-laki era pencerahan (rennaisance) yang terpesona oleh agama, seperti abad ke-19," katanya.
Bagi komunitas jurnalis di Italia, tulis The New York Times, Scalfari disebut sebagai ikon gaya jurnalisme impresionistik dalam liputan-liputannya di Vatikan, politik, dan lainnya.
"Melalui gaya jurnalisme impresionistik itu, inti dari sebuah artikel lebih penting daripada kata demi kata atau kutipan. Semangat pencerahan seperti yang ditunjukkan Scalfari lebih besar dari sekadar kata-kata," tulis laman berita tersohor di AS tersebut.
Meski menimbulkan kepanikan Vatikan, Sri Paus sendiri tampak menyukai Scalfari dan tulisan-tulisannya.
Baca Juga: Penyiar Berita Melongo Dengar Suara Film Porno Muncul di Acaranya
Paus, kata Scalfari, mengakui membutuhkan obrolan dengan orang yang tak percaya terhadap agama seperti dirinya sebagai daya rangsang berpikir.