Suara.com - Georgia telah mengusir satu dari 10 diplomat Rusia yang bertugas pada kantor perwakilan Rusia di Kedutaan Besar Swiss di Tbilisi untuk menunjukkan solidaritas kepada Inggris terkait masalah peracunan mantan mata-mata.
"Penggunaan senjata kimia di Salisbury merupakan tantangan serius terhadap keamanan bersama," kata Kementerian Luar Negeri Georgia dalam pernyataan singkat.
Kementerian pun menekankan bahwa Georgia berdiri di samping Inggris.
"Kementerian luar negeri menyatakan bahwa satu anggota staf Interests Section Federasi Rusia di Kedutaan Besar Swiss di Tbilisi sebagai orang yang tidak dapat diterima, dan meminta orang tersebut untuk meninggalkan Georgia dalam waktu tujuh hari," bunyi pernyataan itu.
Baca Juga: Liverpool Diwanti-wanti untuk Tak Anggap Remeh Crystal Palace
Georgia dan Rusia sendiri memang tidak memiliki hubungan diplomatik resmi sejak perang Rusia-Georgia pada 2008.
Sementara Swiss, sebagai negara ketiga, menjadi penghubung masalah-masalah diplomatik antara kedua negara dengan membentuk Interests Section di Tbilisi dan Interests Section Georgia di Moskow pada Maret 2009.
Mantan agen ganda Rusia Skripal (66), beserta putrinya yang bernama Yulia (33) ditemukan tak sadarkan diri di sebuah bangku di luar suatu pusat perbelanjaan di kota barat daya Inggris, Salisbury, pada 4 Maret.
Inggris menyatakan bahwa ayah dan anak itu terkena racun saraf dan menganggap Rusia sebagai pihak yang bersalah. Namun, pemerintah Rusia telah membantah memiliki keterlibatan apa pun dalam insiden itu.
Sebagai kelanjutan dari kasus tersebut, Inggris telah mengusir 23 diplomat Rusia dan Moskow membalas dengan melakukan pengusiran terhadap diplomat Inggris dalam jumlah yang sama.
Baca Juga: Sumur Minyak Ilegal di Musi Banyuasin Meledak, 3 Luka Bakar
(ANTARA)