Hasil Labfor, Arseto Suryoadji Dinyatakan Negatif Narkoba

Jum'at, 30 Maret 2018 | 19:00 WIB
Hasil Labfor, Arseto Suryoadji Dinyatakan Negatif Narkoba
Arseto Suryoadji, tersangka kasus ujaran kebencian, digelandang penyidik Polda Metro Jaya ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur untuk memeriksa rambut dan darahnya. [Suara.com/Agung Sandy Lesmana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polisi telah mendapatkan hasil laboratorium forensik perihal pemeriksaan darah dan rambut Arseto Suryoadji terkait kasus kepemilikan narkoba jenis sabu-sabu. Dari hasil labfor, Arseto dinyatakan negatif sebagai pengguna narkoba.

"Kita cek, konfirmasi ke labfor, darah dan rambut sampai sekarang negatif," kata Kasudit I Ditresnarkoba Polda Metro Jaya AKBP Calvijn Simanjuntak di Polda Metro Jaya, Jumat (30/3/2018).

Menurut Calvijn, saat melakukan penangkapan terhadap Arseto, polisi juga langsung melakukan pemeriksaan urine. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kata Calvijn tidak ada kandungan metamfetamin di urine Arseto.

"Jadi memang betul saat diamankan, cek awal urin dan negatif," kata dianya.

Meski demikian, polisi tetap memproses hukum Arseto terkait penemuan sabu-sabu seberat 0,2 gram dalam penggeledahan di Apartemen Tamansari Residence di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (29/3/2018).

Arseto, kata Calvijn juga telah mengakui sabu-sabu tersebut merupakan miliknya.

"Ini bisa kita pastikan sabu punya dia (Arseto), dia udah ngaku," katanya.

Saat ini, polisi masih menyelidiki asal barang bukti tersebut. Dari hasil pemeriksaan, Arseto pernah membeli sabu-sabu sebanyak 1 gram di Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat, 2017 lalu.

Selain kasus narkoba, Arseto juga ditetapkan sebagai tersangka kasus kepemilkan senjata api ilegal. Kasus ini berawal saat polosi menggeledah mobil Mercedez Benz milik Arseto. Di dalam mobil mewah itu, polisi menemukan satu pucuk airsoft gun dan satu pucuk senapan angin.

Dalam kasus senpi ilegal ini, Arseto dijerat Undang Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951 dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara.

Dua kasus tersebut merupakan pengembangan setelah polisi menangkap Arseto terkait kasus ujaran kebecian bermuatan SARA pada Rabu (28/3/2018).

Kasus ini berawal dari laporan masyarakat yang curiga Arseto telah menyebarkan hate speech melalui akun Facebook pribadinya. Arseto memposting tulisan yang dianggap bermuatan SARA terhadap kegiatan keagamaan yang digelar di Monumen Nasional, Jakarta.

Dalam kasus hate speech ini, Arseto dijerat Pasal 156 KUHP dan Pasal 28 ayat 2 Juncto Pasal 45 ayat 2 Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman maksimal hukuman 10 tahun penjara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI