Suara.com - Asnawi, seorang juru parkir (Jukir) di Taman Bungkul Surabaya tak menyangka bisa menunaikan ibadah haji untuk kali kedua.
Berbekal kesabaran dan kesederhanaan, dia bisa mencium Hajar Aswat (Batu Hitam) yang menempel di dinding Kakbah bersama istrinya, Siti Maryam.
Asnawi adalah seorang kakek kelahiran Sampang Madura 78 tahun silam. Dia nekat merantau ke Kota Pudak, Gresik tak lama setelah menikah.
Di sana, dia memilih berdagang kaca mata untuk bisa bertahan hidup.
Baca Juga: Merger BTPN dengan Bank Sumitomo Mitsui Masih Tahap Uji Tuntas
Kesederhanaan di rumah kontrakan, menjadi pilihan Asnawi demi bisa menjalankan Rukun Islam ke 5.
Bahkan, untuk menyisihkan uang hasil jerih payahnya demi berhaji, dia rela makan nasi dan garam saja.
"Untuk bisa naik haji, saya harus menabung setiap hari. Per hari tidak pasti besaran yang saya tabung. Yang jelas per hari saya menabung Rp 2000-Rp 5000," kata Asnawi saat ditemui Suara.com di tempat kerjanya, Taman Bungkul, Surabaya.
Karena memiliki tekad kuat untuk menunaikan haji, Asnawi berpesan pada istrinya untuk tidak berfoya-foya.
Istri Asnawi tidak pernah protes dan menuntut lebih selama hidup bersamanya.
Baca Juga: BTPN Bagi Dividen Tahun 2017 Sebesar Rp574,5 miliar
"Alhamdulillah istri saya patuh terhadap perintah saya, dan tidak pernah menuntut lebih," terang Asnawi.
Alhasil, setelah uang terkumpul, pada tahun 1990, Asnawi berangkat ke Arab Saudi untuk beribadah haji bersama istrinya. Sesampainya di mekah, Asnawi mengakui menangis bahagia bisa tercapai keinginannya.
Selepas haji, Asnawi memilih tinggal di Surabaya untuk menjadi juru parkir di Taman Bungkul, atas ajakan keponakannya.
Ia menceritakan, setelah menetap kurang lebih 3 tahun, Asnawi bertemu dengan orang etnis Tionghoa. Dia mengaku didatangi warga Pecindilan itu untuk meminta bantuan menjadi mualaf.
"Dia mendatangi saya untuk meminta dipertemukan pada seorang kiai. Dia bermaksud masuk Islam. Dia menjanjikan ke saya, setelah masuk Islam akan memberangkatkan saya dan istri berhaji," cerita bapak satu anak ini.
Janji itu dipenuhi. Pada tahun 1993, Asnawi dan istrinya kembali naik haji untuk kali kedua.
"Saya tidak menyangka bisa kembali ke Mekah untuk kedua kalinya. Saya sangat bahagia," aku Asnawi yang terlihat matanya berkaca-kaca.
Nasib Asnawi semakin hari semakin mujur. Kini Asnawi telah diangkat menjadi pegawai pemerintah di bidang perparkiran. Gaji yang diterimanya per bulan sudah sesuai nilai UMK Kota Surabaya.
"Sekarang enak, tidak kayak dulu. Sudah 3 bulan ini saya menerima gaji bulanan. Senang sekali," tambahnya. [Achmad Ali]