Kalau Jadi Cawapres, Nasib Anies Belum Tentu Semujur Jokowi

Rabu, 28 Maret 2018 | 11:25 WIB
Kalau Jadi Cawapres, Nasib Anies Belum Tentu Semujur Jokowi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, masuk nominasi tiga kandidat paling potensial sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk berlaga di Pilpres 2019.

Kalau plot seperti itu terjadi, Anies bakal menjadi Gubernur DKI kedua yang masih menjabat tapi ikut berlaga dalam kasta tertinggi kontes politik lima tahunan di Indonesia.

Gubernur DKI pertama yang ikut menjadi peserta pilpres saat masih bertugas di ibu kota adalah Joko Widodo, yang kekinian menjadi presiden.

Namun, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Taufiqulhadi memprediksi, karier politik Anies belum tentu sama dengan karier Jokowi.

Baca Juga: Duh! Bantah Dirinya Transgender, DJ Butterfly Pamer Pembalut

"Persoalan karier politik itu sangat bergantung pada bagaimana kita memahaminya. Di dalam politik itu sangat tergantung pada momentum," kata Taufiq di DPR, Jakarta, Rabu (28/3/2018).

Ia menjelaskan, apabila Anies benar-benar diusung sebagai cawapres Prabowo, berarti dia harus meninggalkan jabatan sebagai orang nomor satu di Ibu Kota.

Kalau ditilik dari aspek tersebut, anggota Komisi III DPR itu mengakui karier politik Anies sama seperti karier Jokowi dulu.

Namun, ”perjudian” Jokowi ternyata berbuah hasil memuaskan. Ia memenangkan pertarungan Pilpres 2014, sehingga melepas jabatannya sebagai gubernur guna menjadi presiden.

”Anies bisa saja seperti itu. Tapi persoalannya, Anies belum tentu memunyai momentum politik yang sama seperti saat dirasakan Jokowi dulu,” terangnya.

Baca Juga: Witan Sulaiman Ingin Ikuti Jejak Egy Bermain di Eropa

Ia memperingatkan, jika salah menimbang dan menggunakan momentum yang ada, Anies bisa jadi justru kehilangan karier politik yang selama ini diperjuangkannya.

"Jadi barangkali itu bukan momen yang tepat. Dalam politik itu harus berhati-hati melihat momentum," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI