Indonesia Bubar 2030: Prabowo, Ghost Fleet dan Legenda Wongasu

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 26 Maret 2018 | 09:02 WIB
Indonesia Bubar 2030: Prabowo, Ghost Fleet dan Legenda Wongasu
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Prabowo Subianto menjadi buah bibir, disebut banyak orang, dan juga laris manis bertengger di banyak judul pemberitaan media massa sepanjang pekan lalu.

Sebabnya satu, dalam video cuplikan pidato Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang diunggah akun media sosial partai tersebut, ia menyebut "Indonesia bisa bubar tahun 2030".

"Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini. Tapi di negara lain, mereka sudah membikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030," pekik Prabowo dalam video tersebut.

Setelah video itu viral, publik mengajukan satu pertanyaan tunggal: siapa yang membuat kajian itu?

Baca Juga: Sihir dan Perbudakan Modern Buruh Migran di Arab Saudi

Ternyata, kajian-kajian yang disebut Prabowo tersebut justru dikutipnya dari satu novel fiksi karya PW Singer dan August Cole berjudul "Ghost Fleet: A Novel of The Next World War", yang terbit tahun 2015.

Singer dan Cole ikut berkomentar, setelah mengetahui novelnya dijadikan rujukan politikus ulung Indonesia.

"Pemimpin oposisi di Indonesia mengutip Ghost Fleet dalam pidatonya yang berapi-api. Ada banyak cerita mendebarkan yang tak terprediksi dalam buku ini, tapi hal itu mungkin yang paling menarik," tulis Singer melalui akun Twitter miliknya, Rabu (21/3/2018).

Cole, rekan Singer, memberikan komentar mengenai Prabowo sembari mengunggah ulang tulisan warganet asal Indonesia, Raya Fahreza.

Baca Juga: Komentari Prabowo, SBY: Tak Cukup Hanya Teriak 'NKRI Harga Mati'

"Fakta lucu: Fhost Fleet digunakan politikus Indonesia, mantan jenderal militer dan kandidat presiden, sebagai bagian dari pidato kampanyenya," tulis Cole.

Singer dan Cole, selain sebagai novelis, juga dikenal sebagai analis militer. Dalam novelnya, mereka menggunakan nubuat fiksional tentang masa depan dunia, yang diwarnai beragam konflik global.

Pada buku itu, disebutkan Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat sehingga mengambilalih predikat negara adidaya.

Mengenai Indonesia, Singer dan Cole hanya menyebut Nusantara sebagai negara gagal tahun 2030. Keduanya tak membuat plot panjang mengenai hal ini, hanya sekali lewat.

Cerpen SGA

Sebenarnya, kalau hanya untuk memberikan peringatan kewaspadaan mengenai disintegrasi bangsa serta kebangkrutan pemerintah, Prabowo tak perlu jauh-jauh merujuk novel fiksi dari luar negeri.

Sastrawan Indonesia yang kekinian menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta, Seno Gumira Ajidarma, pernah membuat cerita pendek yang berplot Indonesia telah bubar.

Cerpen itu sendiri dibuat SGA—akronim beken Seno—jauh sebelum novel karya Singer dan Cole itu, yakni tahun 2002. Cerpen itu berjudul “Legenda Wongasu”.

“Suatu ketika kelak, seorang tukang cerita akan menuturkan sebuah legenda, yang terbentuk karena masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, di sebuah negeri yang dahulu pernah ada, dan namanya adalah Indonesia,” begitu kalimat awal cerpen tersebut.

Cerpen Seno berbeda dengan Singer dan Cole, yang fokus menubuatkan keruntuhan Indonesia sebagai imbas konflik global dengan nuansa plot militeristik kental.

Seno lebih menekankan dalam karangannya, Indonesia bubar karena krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Meski telah bubar dan terpecah-pecah menjadi negeri-negeri kecil, warganya justru berbalik makmur.

“Negeri itu sudah pecah menjadi berpuluh-puluh negara kecil, yang syukurlah semuanya makmur, tetapi mereka masih disatukan oleh bahasa yang sama, yakni Bahasa Indonesia, sebagai warisan masa lalu.”

Selebihnya,  Seno dalam cerpen tersebut mengisahkan seorang dalang tengah mementaskan lakon seorang tokoh bernama Sukab, yang bekerja sebagai pemburu anjing untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.

Pekerjaan itu dilakukan Sukab karena sempitnya lapangan pekerjaan dan desakan ekonomi. Setiap Sukab memanggul karung ketika berburu anjing, anak-anak mencemoohnya dengan berteriak “wongasu, wongasu” (manusia anjing).

Tuai Sindiran

Prabowo menuai banyak sindiran setelah pernyataan "Indonesia bubar tahun 2030" itu diketahui dikutipnya dari novel fiksi.

Namun, ia menepis semua sindiran itu dengan mengatakan, terdapat istilah “scenario writing” di kalangan akademis luar negeri.

Menurutnya, “scenario writing” berbentuk seperti novel, namun ditulis oleh ahli-ahli intelijen strategis.

"You buka dong. You buka, baca, belum kan?" ujar Prabowo seusai menjadi pembicara kunci dalam acara Wadah Global Gathering di Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Prabowo menyampaikan, kajian para ahli intelijen luar negeri agar semua pihak waspada. Selain itu, tidak menganggap enteng persoalan-persoalan.

Karena, menurut dia, dari awal lahirnya republik ini, banyak yang iri dengan kekayaan alam Indonesia.

Sejak dulu, lanjut dia, Indonesia selalu didatangi pihak asing, dirampok kekayaan alamnya, selama ratusan tahun.

"Anda belajar sejarah kan? Anda tahu sejarah? Anda tahu kita pernah dijajah oleh Belanda? Anda tahu bahwa kita banyak yang mati? Mereka datang ke sini jajah kita loh, karena kita kaya. Setelah perang kemerdekaan tetap Indonesia mau dipecah, dari dulu, selalu, selalu," ujar Prabowo.

Ternyata, kata dia, sampai sekarang masih ada tulisan yang menyatakan Indonesia tidak akan ada lagi pada tahun 2030.

"Ini untuk kita waspada, jangan kita anggap enteng. Kita jangan terlalu lugu. Bahwa banyak yang iri sama kita, banyak yang tidak punya sumber daya alam, jadi mereka ingin kaya dari kita," kata Prabowo.

Santai Saja

Menurut dia, ini adalah sebuah fenomena. Ia mempersilakan seluruh pihak apakah percaya dengan ucapannya atau tidak.

"Ini fenomena. Ya kalau nggak mau percaya sama saya, nggak mau dengar saya, ya nggak apa-apa. Kewajiban saya sebagai anak bangsa, saya harus bicara kalau melihat suatu bahaya," ujar dia.

Lebih jauh saat ditanya mengenai anggapan kelompok tertentu bahwa dirinya bersama Gerindra adalah pihak yang antiasing, Prabowo membantah hal itu.

Menurut Prabowo, dirinya, Gerindra, tidak antiasing, justru mau bersahabat dengan asing.

"Saya, kita, tidak antiasing, kita mau bersahabat, bermitra dengan asing, tapi kita tidak mau dirampok, tidak mau dipecundangi asing," tegasnya.

Dia menekankan, jika bangsa lain boleh makmur, maka mengapa orang Indonesia tidak boleh makmur. Dia kemudian bertanya, mengapa rakyat Indonesia selalu memiliki gaji kecil, tidak bisa membayar ini, itu.

"Rakyat nggak bisa makan daging. Kenapa anak-anak kita kuntet? Anak kita butuh protein, ibu-ibu kita butuh protein, karena kalau ibu nggak sehat, anaknya juga nggak akan sehat. Ini kewajiban kita, kewajiban saya, sebagai pemimpin saya harus bicara. Jadi bukan kita antiasing, kita mau bersahabat sama asing, butuh asing, tapi kita jangan terlalu lugu, jangan kita biarkan kekayaan kita diambil dan elite kita diam, santai aja gitu loh," kata Prabowo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI