@august_cole fun fact: Ghost Fleet is used by an Indonesian politician, former army general and presidential candidate, as part of his campaign narrative.
— Raya Fahreza (@rayafahreza) March 21, 2018
https://t.co/OTnppvie63
Singer dan Cole, selain sebagai novelis, juga dikenal sebagai analis militer. Dalam novelnya, mereka menggunakan nubuat fiksional tentang masa depan dunia, yang diwarnai beragam konflik global.
Pada buku itu, disebutkan Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat sehingga mengambilalih predikat negara adidaya.
Mengenai Indonesia, Singer dan Cole hanya menyebut Nusantara sebagai negara gagal tahun 2030. Keduanya tak membuat plot panjang mengenai hal ini, hanya sekali lewat.
Baca Juga: Sihir dan Perbudakan Modern Buruh Migran di Arab Saudi
Cerpen SGA
Sebenarnya, kalau hanya untuk memberikan peringatan kewaspadaan mengenai disintegrasi bangsa serta kebangkrutan pemerintah, Prabowo tak perlu jauh-jauh merujuk novel fiksi dari luar negeri.
Sastrawan Indonesia yang kekinian menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta, Seno Gumira Ajidarma, pernah membuat cerita pendek yang berplot Indonesia telah bubar.
Cerpen itu sendiri dibuat SGA—akronim beken Seno—jauh sebelum novel karya Singer dan Cole itu, yakni tahun 2002. Cerpen itu berjudul “Legenda Wongasu”.
“Suatu ketika kelak, seorang tukang cerita akan menuturkan sebuah legenda, yang terbentuk karena masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, di sebuah negeri yang dahulu pernah ada, dan namanya adalah Indonesia,” begitu kalimat awal cerpen tersebut.
Baca Juga: Komentari Prabowo, SBY: Tak Cukup Hanya Teriak 'NKRI Harga Mati'
Cerpen Seno berbeda dengan Singer dan Cole, yang fokus menubuatkan keruntuhan Indonesia sebagai imbas konflik global dengan nuansa plot militeristik kental.