Ratusan Ribu Siswa dan Wali Murid di AS Gelar Aksi soal Senjata

Reza Gunadha Suara.Com
Minggu, 25 Maret 2018 | 12:34 WIB
Ratusan Ribu Siswa dan Wali Murid di AS Gelar Aksi soal Senjata
Ratusan ribu pelajar dan warga umum tumpah ruah di jalan kota-kota seluruh Amerika Serikat, Sabtu (24/3/2018). Mereka mendesak anggota parlemen untuk bertindak mengontrol kepemilikan senjata. [Mark Ralston/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mereka mengenakan stiker itu sebagai simbolisasi bahwa kekuatan mereka sebagai ”pemilih pemula” tak bisa diremehkan oleh anggota parlemen.

AS akan menyelenggarakan pemilihan kongres jangka menengah pada bulan November 2018.

Presiden Donald Trump tidak mengeluarkan pernyataan baik melalui Twitter atau Gedung Putih, pada Sabtu sore, mengenai aksi tersebut.

Namun, juru bicara Trump, Lindsay Walters, mengatakan sang presiden memuji pemuda-pemudi AS yang berani melaksanakan hak Amandemen Pertama mereka.

Baca Juga: 74 Persen Publik Belum Tahu Nomor Urut Partai Peserta Pemilu 2019

"Menjaga anak-anak kita tetap aman adalah prioritas utama presiden. Itulah sebabnya dia mendesak Kongres untuk meloloskan peraturan untuk menghentikan kekerasan di sekolah,” jelasnya.

Aksi yang sama juga terjadi di sedikitnya 12 kota besar Kanada. Mereka berbaris untuk bersolidaritas terhadap demonstrasi di AS.

Warga dan siswa sekolah di Montreal, Toronto, dan Vancouver, turun ke jalan untuk meminta undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat di Kanada dan AS.

Pawai massa di Toronto mengular hingga 1,5 kilometer. Mereka nberjalan kaku ke Konsulat AS dan berhenti sejenak untuk mengenang 17 siswa sekolah Marjory Stoneman Douglas High School yang tewas ditembak.

"Epidemi kekerasan senjata di Amerika menyentuh warga Amerika dan Kanada yang tinggal di Vancouver," kata Juru Bicara Maret Bodil Geyer dalam rilis ke media Kanada.

Baca Juga: Tak Senonoh di Museum Holocaust, Syahrini Disorot Media Asing

"Anda tidak bisa hanya berdiri diam dan melihat tetangga Anda mengalami krisis seperti ini."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI