Suami Sakit-sakitan, Istri Depresi dan Bunuh Diri

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 23 Maret 2018 | 08:43 WIB
Suami Sakit-sakitan, Istri Depresi dan Bunuh Diri
Ilustrasi gantung diri (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang istri melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri di sebuah pohon Juwet. Tindakan ini dilakukan akibat depresi berat karena tekanan hidupnya akibat harus merawat suaminya yang sakit epilepsi dan sering kambuh ditambah merawat anak-anak mereka.

"Korban bunuh diri bernama Ni Wayan Armini (23), ditemukan tergantung di pohon Juwet, Kamis (22/3/2018) jam 17.00 Wita, sudah dalam keadaan meninggal dunia. Dengan menggunakan selendang warna merah sepanjang tiga meter," kata Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi, Jumat (23/3/2018).

Lokasi kejadian bunuh diri tersebut di Banjar Bukit Tungtung, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Menurut AKP Sulhadi, kronologis kejadian, Kamis (22/3) korban Ni Wayan Armini dengan suaminya I Mustawan (saksi), 25 tahun, sempat makan bersama di rumah. Usai makan, korban pergi ke dapur namun tidak kunjung kembali. Suami kemudian pergi mencari istrinya dimana. Dicari di sekitar rumah ternyata tidak ada.

Suaminya kemudian mencari ke kebun dan menemukan istrinya sudah tergantung di batang pohon Juwet. Suaminya kemudian teriak-teriak minta tolong. Datang I Gede Suka (saksi) dan beberapa menit kemudian datang warga sekitar ke lokasi kejadian dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kintamani.

Tim gabungan Polsek Kintamani dan Puskesmas Kintamani kemudian datang, Kamis pukul 19.30, ke tempat kejadian. Dokter Dewa Gede Putra kemudian melakukan olah TKP, pemeriksaan medis, introgasi para saksi kemudian menyimpulkan korban diduga kuat meninggal akibat bunuh diri dengan cara gantung diri.

"Hasil pemeriksaan luar pada tubuh korban ditemukan cairan yang dari alat kelamin, ada luka jerat pada leher, ditemukan kotoran pada anus, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," kata Humas Polres Bangli itu.

"Motif bunuh diri diduga karena depresi akibat beban hidup yang berat karena suami mengidap penyakit epilepsi dan sering kambuh sehingga membebani hidup korban yang harus mengurus anak-anaknya juga," tambah AKP Sulhadi.

Ia mengemukakan bahwa dengan peristiwa bunuh diri ini, sudah ada 15 orang bunuh diri di Kabupaten Bangli hingga Maret 2018. "Tahun 2017, jumlah korban bunuh diri ada 18 orang. Tahun 2016, ada 16 orang. Tahun 2018, hingga Maret sudah ada 15 korban bunuh diri. Semoga ini yang terakhir," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI