Suara.com - Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di Jateng tak mau kecolongan dalam mengawasi para Paslon cagub dan cawagub dalam berkampanye yang baik dan benar. Bahkan sikap tegas juga dilakukan, salah satunya tak mau bersalaman dengan cagub atau cawagub.
Pengawasan ketat panwas dilakukan pula pada area yang dilarang untuk berkampanye seperti lingkungan pendidikan, tempat ibadah, atau acara sosial warga.
"Kami tak mau kecolongan, di Jateng masif gerakan Paslon pada area pendidikan terutama di kampus-kampus. Sehingga kami awasi dengan batasan-batasan," kata Naya Amin Zaini, Devisi Penindakan dan Pengawasan Panwas Kota Semarang, Minggu (18/3/2018).
Dia kerap berada di area kampus hanya untuk melihat sejauh apa para Paslon terlibat. Batasnya, Paslon hadir sebatas narasumber dalam acara kampus, tidak boleh lebih.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Ditagih Bayar Utang Kontrakan saat Blusukan
"Kita dari awal sudah warning, baik ke panita acara atau paslon langsung atau timsesnya. Tak boleh membawa visi misi, ajakan, yel-yel, atau membagikan material kampanye di kampus," katanya.
Dalam pengawasannya, Panwas belum menemukan pelanggaran selama Paslon berdasarkan di area kampus, tempat ibadah, atau acara sosial.
"Mereka hanya diskusi menerima masukan, tak mengajak, ada juga sebagai narsum seperti materi kepemimpinan atau sesuai dengan keahlian yang dimiliki Paslon," ujarnya.
Upaya pengawasan menurutnya sejauh mungkin adalah upaya preventif. Sehingga saat agenda berlangsung tidak akan ada kejadian upaya kampanye di tempat terlarang itu.
"Kami pun hadir di area kampanye resmi, baik di posko relawan, atau acara debat," katanya.
Baca Juga: KPK Cari Data Pendukung soal Ganjar Pranowo Terima Duit e-KTP
Meski mengawasi dari jauh, upaya bertemu secara fisik pun kerap tak terhindarkan dengan Paslon. Tradisi bersalaman menjadi hal pembatasan juga bagi Panwaslu.
"Kalau sekedar salaman saja tak apa, tapi lihat konteknya dulu. Selama tidak melanggar prinsip-prinsp atau etika penyelenggara pemilu dalam Peraturan DKPP Nomor 2 Tahun 2018, tak apa," paparnya.
Sementara, di kabupaten Jepara, Panwaslu Jepara lebih tegas lagi. Saat cagub Ganjar Pranowo mengikuti jalan sehat Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di Pantai Kartini Jepara, Minggu (18/3/2018). Usai acara Ganjar berpapasan dengan seorang petugas Panwaslu Jepara, petugas itu tak mau diajak berjabat tangan.
Kejadian itu berlanjut pula, saat di Pasar Kota Jepara. Tiga petugas Panwaslu sengaja acuh untuk tidak menginisiasi bersalaman dengan Ganjar Pranowo.
"Jika tak berkenan, kami meminta maaf. Seharusnya salaman tidak apa-apa, kami mencoba bersikap netral dan sama terhadap semua calon," kata Arifin Ketua Panwaslu Kabupaten Jepara, mengklarifikasi.
Dia berujar, jika petugas di lapangan memang memegang aturan ketat. Sehingga seminimal mungkin untuk bertindak netral, terutama urusan bersalaman dengan Paslon. Cagub Ganjar Pranowo merasa jika perilaku petugas Panwaslu yang tak mau bersalaman malah mencederai unggah-ungguh sebagai orang Jawa.
"Kan cuma salaman, masa gara-gara Pilkada tak mau salaman itu kan memutus tali silaturahmi," alasan Ganjar.
Ganjar mengaku jika hanya di Jepara mendapat perlakuan tidak mengenakkan. Padahal di daerah lain, dirinya justru bersinergi dengan Panwaslu untuk menyosialisasikan Pilgub Jateng.
"Di Demak saya ngobrol dengan warga, saya lihat Panwas ada terus saya undang ke depan sekalian menjelaskan aturan kampanye pada saya dan warga. Mereka senang hati dan warga teredukasi, tapi di Jepara ini salaman saja kok menghindar," katanya.
Di akhir kunjungan di Jepara, pihak Panwaslu Jepara akhirnya menemui Ganjar dan mengajak salaman.
"Lha ini boleh, harusnya kayak gini mas. Anggota Anda tadi takut sekali salaman sama saya, saya tanya kenapa malah diam. Ini kan pilkada jadi nggak asyik ya, padahal kita mau bersenang-senang dan mengedukasi masyarakat," ujar Ganjar. (Ambar)