Suara.com - Andi Hudiono menjadi korban ambruknya atap Ruang Saraf Paviliun VII B, Kamar III RSAL Dr Ramelen Surabaya, Minggu (18/3/2018). Dia adalah keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit itu.
Dia menceritakan, peristiwa itu terjadi begitu cepat dan secara tiba-tiba. Tak ada tanda-tanda akan ambruknya atap kamar III.
"Tidak ada tanda-tanda sebelumnya, langsung ambruk begitu saja," jelas Andi yang ditemui di RSAL Dr Ramelan Surabaya.
Andi yang tinggal di Jagir Surabaya sedang menunggui ayahnya, Tamadji (75) yang sakit dan dirawat sejak 12 Maret 2018 lalu.
Baca Juga: Atap Roboh, RSAL Baru 3 Bulan Direnovasi karena Sudah Tua
Dia duduk di samping kiri ayahnya. Sekitar pukul 08.25, dia mendengar suara gemuruh yang datang dari atas.
Beberapa menit kemudian atap ambruk menimpa dirinya juga pasien lain yang kebetulan juga dirawat di kamar yang sama.
"Awalnya saya mendengar suara gemuruh dan atap langsung ambruk menimpa saya," cerita Andi.
Secara spontan saat kejadian, Andi langsung memeluk ayahnya dengan tujuan melindungi.
"Saya langsung memeluk dan melindungi bapak saya (Tamadji) yang sedang berbaring di tempat tidur. Alhamdulillah, babak selamat," ucap Andi.
Baca Juga: TNI AL Selidiki Ambruknya Plafon RSAL Dr Ramelan Surabaya
Dari kejadian itu, Andi mengaku dirinya tertimpa reruntuhan atap ruangan. Posisi dirinya mendekap dan melindungi ayahnya di tempat tidur.
"Kepala saya kena reruntuhan dan sempat pusing-pusing. Sudah dilakukan rongent oleh perawat, dan Alhamdulillah tidak apa-apa," jelas Andi.
Usai kejadian, video dan foto andi yang memeluk ayahnya cepat menyebar di medsos. Kejadian itu menjadi viral. (Achmad Ali)