Suara.com - Jalan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman, untuk menduduki singgasana dinasti Al Saud, ternyata dibumbui kisah tak sedap.
Sang pangeran disebut menyembunyikan ibunya sendiri, Putri Fahda bint Falah al Hathleen, agar tak memengaruhi keputusan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud yang mengangkatnya menjadi penerus.
Sang ibu, seperti dilansir Telegraph, Kamis (15/3/2018), diklaim tak mendukung Mohammed menjadi pengganti Raja Salman.
Bahkan, Pangeran Mohammed disebut sudah dua tahun terakhir "mengasingkan" ibu kandungnya sendiri ke luar negeri agar tak bisa bersamuh dengan Raja Salman.
Baca Juga: Perpanjang Kontrak di Yamaha, Rossi Tak Ingin Seperti Schumacher
Tak hanya itu, Pangeran Mohammed disebut sempat menjadikan ibu kandungnya sebagai tahanan rumah di salah satu istananya.
Semua kisah tersebut, terdapat dalam laporan investigatif NBC News, yang mengutip 14 pejabat senior yang sudah pensiun maupun masih aktif di lembaga intelijen Amerika Serikat.
Pemerintah Saudi sendiri telah membantah kebenaran berita tersebut. Mereka menegaskan, Putra Mahkota Mohammed tak mungkin mengasingkan ibunya sendiri.
Namun, mereka tak memberikan data tandingan untuk memperkuat bantahan.
Putri Fahda sendiri, seperti putri-putri bangsawan Saudi lainnya, nyaris tak pernah tampil ke hadapan publik. Apalagi, Putri Fahda berstatus istri ketiga Raja Salman.
Baca Juga: UGM dan ITB Wakili Indonesia Rebut "Asia Young Designer"
"Putra Mahkota Mohammed selalu memberikan banyak alasan kepada Raja Salman, ketika ayahnya itu mempertanyakan keberadaan Putri Fahda," tulis NBC News dalam laporannya.
Kisah itu mulai "tercium" intelijen, ketika Raja Salman mengunjungi AS pada tahun 2015.
Ketika itu, Raja Salman sempat mengatakan kepada Presiden AS Barrack Obama bahwa istri ketiganya tengah dirawat di New York, AS.
Setelah pertemuan tersebut, komunitas intelijen melaporkan kepada Presiden Obama bahwa Putri Fahda tak pernah berada di New York atau negara bagian mana pun.
Tokoh Reformis
Mohammed, setidaknya untuk setahun terakhir, dikenal publik Saudi dan dunia sebagai tokoh reformis di negeri konservatif tersebut.
Epos tentang dirinya sebagai "pembaru" dimulai pada tahun 2017, saat ia memerintahkan pengawal kerajaan menahan puluhan pangeran dan bangsawan atas tuduhan korupsi.
Setelahnya, ia mengubah banyak peraturan politik, ekonomi, maupun kebudayaan Saudi. Misalnya, sejak tahun 2018, ia membolehkan kaum perempuan mengunjungi stadion untuk menonton pertandingan olah raga.
Ia juga mengizinkan perempuan menyetir kendaraan, dan pergi menonton konser musik. Mohammed juga menandatangani surat izin pembangunan bioskop-bioskop untuk publik.
Dalam bidang ekonomi, Mohammed menyiapkan perangkat kebijakan wisata bagi turis-turis asing dan non-Muslim. Turis-turis itu akan diizinkan mengunjungi situs-situs Saudi pada masa pra-Islam, yang dulu sangat ditabukan.
Sementara dalam sektor politik, Mohammed mengeratkan kembali kerja sama dengan Israel. Bahkan, ia menyetujui ruang udara untuk pesawat-pesawat menuju Israel.