Kisah itu mulai "tercium" intelijen, ketika Raja Salman mengunjungi AS pada tahun 2015.
Ketika itu, Raja Salman sempat mengatakan kepada Presiden AS Barrack Obama bahwa istri ketiganya tengah dirawat di New York, AS.
Setelah pertemuan tersebut, komunitas intelijen melaporkan kepada Presiden Obama bahwa Putri Fahda tak pernah berada di New York atau negara bagian mana pun.
Tokoh Reformis
Baca Juga: Perpanjang Kontrak di Yamaha, Rossi Tak Ingin Seperti Schumacher
Mohammed, setidaknya untuk setahun terakhir, dikenal publik Saudi dan dunia sebagai tokoh reformis di negeri konservatif tersebut.
Epos tentang dirinya sebagai "pembaru" dimulai pada tahun 2017, saat ia memerintahkan pengawal kerajaan menahan puluhan pangeran dan bangsawan atas tuduhan korupsi.
Setelahnya, ia mengubah banyak peraturan politik, ekonomi, maupun kebudayaan Saudi. Misalnya, sejak tahun 2018, ia membolehkan kaum perempuan mengunjungi stadion untuk menonton pertandingan olah raga.
Ia juga mengizinkan perempuan menyetir kendaraan, dan pergi menonton konser musik. Mohammed juga menandatangani surat izin pembangunan bioskop-bioskop untuk publik.
Dalam bidang ekonomi, Mohammed menyiapkan perangkat kebijakan wisata bagi turis-turis asing dan non-Muslim. Turis-turis itu akan diizinkan mengunjungi situs-situs Saudi pada masa pra-Islam, yang dulu sangat ditabukan.
Baca Juga: UGM dan ITB Wakili Indonesia Rebut "Asia Young Designer"
Sementara dalam sektor politik, Mohammed mengeratkan kembali kerja sama dengan Israel. Bahkan, ia menyetujui ruang udara untuk pesawat-pesawat menuju Israel.