Selanjutnya, Janet mengulas tentang eksistensi Republika.
Menurut Janet, berbeda dengan Sabili yang mencantumkan identitas Islam, Republika mengaku bukan media Islam.
“Tapi mereka media yang melayani komunitas Muslim,” jelas Janet.
Menurut Janet, kejelian membaca ceruk pasar Muslim itulah yang membuat Republika masih bisa bertahan sebagai media cetak hingga saat ini.
Baca Juga: Batal Gabung PSM, Bobby Satria Ikut Trial Bersama Persib Bandung
“Wartawan Tempo dan Republika mungkin sama-sama menerapkan profesionalisme. Tapi dalam kasus Lady Gaga mereka berbeda karena Republika memiliki basis pembaca Muslim,” terang Janet.
Sementara itu Harakah di Malaysia lebih menonjolkan Islam Politik dalam pemberitannya. Sebab Harakah adalah bagian dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS).
PAS terkenal sebagai partai oposisi Muslim di Malaysia.
“Harakah mengkritik kebebasan pers di Malaysia karena mereka ingin independen dan mendukung nilai-nilai jurnalisme yang baik,” ujar Janet.
Harakah pun banyak terinspirasi dari Tempo dengan sikap kritisinya kepada penguasa Orde Baru.
Baca Juga: Menhub Akan Lawan Penggugat Aturan Tak Boleh Pakai GPS di Mobil
Media Islam di Malaysia inipun memiliki kolom “Catatan Ujung” yang terinspirasi dari “Catatan Pinggir” Goenawan Mohamad.