Eleazar mengatakan, pernyataan Orlando mengenai istrinya adalah “Setan” baru diungkap yang bersangkutan pada gelar perkara. Saat pemeriksaan, pelaku tak pernah mengeluarkan pernyataan seperti itu.
“Dalam pemeriksaan, ia hanya mengakui membunuh dan memutilasi istrinya karena kebencian. Rasa benci itu dipendamnya selama 16 tahun pernikahan,” terangnya.
Ia menjelaskan, polisi sempat memaksa Orlando mengikuti tes urine. Tapi hasilnya, lelaki itu tak menggunakan obat-obatan atau menyalahgunakan narkotika.
”Dia hanya bilang mengonsumsi sabu, itu juga pada tahun 2002,” tukasnya.
Baca Juga: Dituding Roby Geisha Gunakan Pelet, Ini Jawaban Cinta Ratu
Orlando bekerja di sekolah yayasan swasta di Quezon. Sementara sang istri adalah kepala keperawatanan. Mereka pindah ke Manila pada dua tahun silam. Awalnya, mereka berdomisili di Davao Oriental.
Superintendent Rossel Cejas, komandan kepolisian Batasan, Barangay dan petugas kepolisian pergi ke rumah Estrera Orlando pada Minggu sore, setelah mendapat laporan warga.
“Kami datang setelah tetangga melihat tersangka basah kuyup guna membuatng pakaia dan tubuh istrinya. Termasuk membuang tangan yang putus,” jelasnya.
Pada lokasi perkara, polisi menemukan sebilah pisau dapur berukuran 13 inci dan berlumur darah. Sementara satu palu ditemukan polisi tertindih jenazah Hiede.
Orlando mengatakan, ia menikam memakai pisau dapur, saat istrinya sedang berbaring,” jelasnya.
Baca Juga: Keji! Lelaki Ini Jual Bayinya Lewat Situs Online
Setelah membunuh, Orlando membelah perut Hiede untuk mengetahui ada atau tidaknya janin. Belakangan diketahui, Hiede tak bakal pernah bisa hamil.