Usahanya dimulai dengan kursus bahasa Ibrani di Pusat Akademi Israel di Kairo—lembaga di bawah naungan Academy of Science and Humanities—yang merupakan hasil kerja sama dua negara setelah perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979.
Pada tahun 2006, dia mulai mengerjakan kamus Ibrani-Indonesia pertama, yang diterbitkan satu dekade kemudian dan memiliki lebih dari 35.000 entri kata.
Kamus tersebut disambut hangat oleh sejumlah gereja, seminari, pelahar, dan empat universitas Islam di Indonesia.
“Beberapa ratus eksemplar telah didistribusikan ke komunitas Muslim dan Kristen di Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga: Paranormal Ini Benarkan Syahrini 'Simpanan' Mr H
Salah satu imam paling senior di negara itu juga mendukung kamus tersebut, dan bahkan berpose untuk foto sambil memegang buku tersebut. Sapri, kata Times of Israel, meminta nama imam tersebut untuk tidak diungkapkan.
Selain kamus, Sapri sedang mengerjakan buku lain yang ditujukan untuk mempromosikan bahasa Ibrani. Salah satunya adalah, panduan percakapan dasar 150 halaman untuk pengunjung Indonesia ke Israel.
Buku-buku lain yang disiapkannya adalah tentang tata bahasa Ibrani.
"Saya yakin usaha ini akan membuka jalan bagi realisasi dialog antara dua negara," katanya.
Baca Juga: Luhut: Soal Tim Pencari Cawapres Jokowi Urusan Mensesneg
Dituduh Mata-Mata Mosad
Di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, bahasa Ibrani masih sangat dibenci, terutama oleh mereka yang menolak pendekatan apa pun dengan Israel.
Israel dan Indonesia tidak pernah memiliki hubungan diplomatik formal. Pejabat Israel telah menyerukan pembentukan hubungan formal, namun telah ditolak oleh pemerintah Indonesia.
Situasi itu, diakui Sapri, menjadi tantangan tersendiri bagi Sapri. Apalagi, di Indonesia kekinian, tengah bangkit kekuatan politik kanan yang “memainkan” sentimen anti-Yahudi.
"Kelompok Islam garis keras menuduhku menjadi antek Israel atau mata-mata Mosad (dinas intelijen Israel),” tukasnya.
"Saya mengajar bahasa Ibrani untuk membuat orang belajar tentang budaya dan teknologi Israel. Sama seperti kita belajar bahasa Jepang atau bahasa dan negara lain, yakni untuk mempelajari budaya dan teknologi mereka."