"Siswaku dari banyak kalangan agama, Islam, Kristen, dan lainnya. Tapi mayoritas adalah Kristen. Prediksiku, ke depan, bakal banyak umat Muslim yang bergabung di kelas," terangnya.
Prediksinya itu didasarkan pada fakta bahwa bahasa Ibrani dan Arab masih dalam rumpun yang sama. Dengan begitu, umat Muslim relatif lebih mudah mengetahui arti-arti diksi Ibrani.
Ia menjelaskan, murid-muridnya banyak yang mengakui tertarik mempelajari bahasa Ibrani karena dianggap sebagai tantangan. Sebab, mengakses bahasa itu di Indonesia sangat sulit.
Sementara muridnya yang berlatar agama Kristen, tertarik mempelajari Ibrani agar bisa membaca Alkitab dari bahasa aslinya.
Baca Juga: Paranormal Ini Benarkan Syahrini 'Simpanan' Mr H
Belajar di Kairo
Sabri mengungkapkan, ia lahir di Kota Palu, Sulawesi Tengah, dan dibesarkan di Malang, Jawa Timur, untuk belajar tradisi Islam di sebuah sekolah Islam konservatif.
Namun, pada awal era 1990-an, ia kali pertama mulai tertarik mempelajari Ibrani dan kebudayaan Israel.
Ketika itu, Sabri masih berstatus mahasiswa Sastra Arab di universitas prestisius Mesir, yakni Al Azhar University.
Baca Juga: Luhut: Soal Tim Pencari Cawapres Jokowi Urusan Mensesneg
Setelah lulus Al Azhar, Sabri bekerja sebagai pegawai di Jet Asia Airways, tapi gairahnya untuk menekuni Ibrani dan Israel tetap ada.
Apalagi, stigma negatif tentang Israel negara Yahudi di dunia Arab tidak masuk akal baginya, dan dia menjadi penasaran untuk mengetahui lebih lanjut.