Sang Mayor dan Jokowi, Meretas Jalan Kembali 'Dinasti Cikeas'

Senin, 12 Maret 2018 | 10:24 WIB
Sang Mayor dan Jokowi, Meretas Jalan Kembali 'Dinasti Cikeas'
Presiden Joko Widodo didampingi Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan ribu kader Partai Demokrat riuh pada acara penutupan Rapimnas di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Minggu (11/3/2018). Mereka mengelu-elukan nama Agus Harimurti Yudhoyono, "putra mahkota Cikeas".

"AHY, AHY, AHY, AHY," seru puluhan ribu kader Demokrat meneriakkan akronim beken putra Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono tersebut di arena Rapat Pimpinan Nasional Demokrat, seperti dikutip Antara, Minggu malam.

Pada sesi akhir rapimnas, AHY memberikan pidato politiknya. Kesempatan itu terbilang unik, karena AHY tak memangku jabatan apa pun dalam struktur tertinggi partai berlambang Bintang Mercy tersebut.

Tapi, setelah lepas dari dinas kemiliteran dengan pangkat terakhir Mayor TNI dan kalah dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, Agus mendirikan The Yudhoyono Institute.

Baca Juga: Jadi Petani, Adi Pramudya Ekspor Lengkuas ke Shanghai

Belakangan, ia dapuk menjadi Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat untuk pemilihan kepala daerah pada tahun 2018 serta pemilu anggota legislatif dan Pilpres 2019.

“Pidato AHY memang sangat dinanti-nantikan,” kata SBY di sela-sela rampimnas.

SBY mengatakan, Rapimnas Demokrat menjadi perhatian seluruh Indonesia dan menjadi pembicaraan di mana-mana.

Terlebih, SBY ada sesi pembukaan rapimnas, Sabtu (10/3) akhir pekan lalu, sudah menegaskan Demokrat tak lagi bakal absen pada Pilpres 2019.

“Demokrat menurun drastis pada Pemilu 2014 salah satu sebabnya adalah, karena tak memunyai atau mendukung salah satu pasangan capres dan cawapres. Tapi pada 2019, Demokrat akan memunyai pasangan itu,” tuturnya.

Baca Juga: Setelah Deddy, Giliran Kalina Bongkar Kelakuan Chika Jessica

Satu sosok yang disebut-sebut akan menjadi peserta Pilpres 2019  dari Demokrat adalah AHY. Nama putra sulung SBY itu juga selalu masuk dalam survei sejumlah lembaga jajak pendapat, mengenai tokoh yang dianggap pantas menjadi cawapres.

"Tentu ada satu-dua yang tidak suka, tetapi Insya Allah lebih banyak yang suka. Ini pertanda Allah memberikan jalan bagi kebangkitan Demokrat pada pilkada dan pemilu," ucap SBY.

Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan mengakui, AHY disiapkan sebagai pemimpin masa depan. Namun, dalam konteks regenerasi menggantikan SBY.

“Tapi secara kelembagaan, Demokrat belum membahas pencalonan AHY dalam Pilpres 2019,” tukasnya.

Merapat ke Istana

Partai Demokrat memberikan sinyelemen mendukung Presiden Joko Widodo sebagai calon presiden dalam Pilpres 2019.

Sinyalemen tersebut diberikan SBY saat berpidato dalam pembukaan Rapimnas, Sabtu (10/3), yang juga dibuka oleh Jokowi.

"Pak Presiden (Jokowi), jika Allah menakdirkan, senang Partai Demokrat berjuang bersama bapak. Tentu bapak sangat memahami sebagaimana pengalaman saya di Pilpres 2014 dan 2009, perjuangan bersama apa pun namanya koalisi atau aliansi, akan berhasil jika kerangka kebersamaannya tepat," ujar SBY.

Menurut SBY, visi dan misi platform pemerintahan Indonesia pada masa kepemimpinan 2019-2024 dapat disusun secara bersama-sama Demokrat.

Tak hanya itu, SBY menuturkan untuk membangun koalisi antar partai di Pilpres, harus memiliki sikap saling percaya dan saling menghormati.

"Sebuah koalisi yang Insya Allah berhasil ke depannya, dan di antara kami partai koalisi haruslah saling berbagi, haruslah solid, saling menghormati dan memercayai. Ini sangat penting, karena koalisi adalah masalah hati. Partai Demokrat siap membangun koalisi seperti itu," ucap SBY.

Lebih lanjut, Presiden keenam RI itu meminta restu agar partainya berhasil di Pemilu 2019.

“Demokrat juga memohon doa restu agar perjuangan politik kami, termasuk mengikuti Pemilu 2019 berhasil," pintanya.

Sanjung AHY

Jokowi, dalam pidato sambutan rapimnas itu, tampak membalas “sinyal politik” dari SBY. Ia melontarkan sejumlah canda yang menyanjung Demokrat, SBY, maupun AHY.

Terkesan ”curhat” saat berpidato, Jokowi menuturkan dirinya merasa heran karena masih dianggap sebagai pemimpin otoriter. Tudingan itu banyak dilontarkan warganet di media-media sosial.

"Tapi yang saya heran, kalau tidak gagah di sosial media, di bulan Agustus 2017 yang lalu, saya baca, disampaikan bahwa saya adalah pemimpin yang otoriter. Saya heran saja kenapa dibilang otoriter," ujar Jokowi.

Mantan Gubernur Jakarta itu mengatakan, dirinya tak memiliki potongan sebagai pemimpin otoriter, melainkan seorang demokrat.

"Saya ini sama sekali tidak ada potongan pemimpin yang otoriter, tidak ada. Penampilan saya juga tidak sangar. Kemana-mana juga saya selalu tersenyum, makanya saya berani bilang, saya itu bukan seorang pemimpin otoriter, saya ini seorang Demokrat," tuturnya.

Jokowi lantas menjelaskan ciri-ciri seorang demokrat, yakni bisa menjadi pendengar yang baik dan menghargai pendapat orang lain.

"Ciri-ciri seorang Demokrat itu kan bisa menjadi pendengar yang baik, menghargai pendapat, ya tidak? Yang menghargai perbedaan. Perbedaan tanpa menjadikannya sebagai sumber permusuhan," ucap Jokowi.

Jokowi juga mengaku dirinya hampir mirip dengan kriteria sosok SBY. Namun, kata Jokowi, perebedaan mereka hanyalah SBY memunyai jabatan sebagai Ketua Umum PD.

"Kurang lebih saya mungkin memenuhi kriteria-kriteria itu. Artinya saya dan Pak SBY ini beda-beda tipis banget. Kalau saya seorang Demokrat, kalau Pak SBY tambah satu, Ketua Partai Demokrat, jadi bedanya tipis sekali," kata Jokowi.

Masih dalam pidatonya di hadapan SBY dan petinggi Demokrat, Jokowi juga memuji AHY. Seperti biasa, pujian itu dibalut dengan canda mengenai persiapannya sebelum menghadiri acara tersebut.

Sang presiden menuturkan, dirinya memerlukan waktu setengah hari untuk memilih pakaian yang dianggapnya cocok serta bisa mengimbangi busana SBY maupun AHY.

Pasalnya, menurut Jokowi, SBY dan putranya tersebut selalu berpenampilan menarik.

"Saya masih di bawah Pak SBY kalau soal berpakaian. Pak SBY selalu rapi. Tapi, belum selesai dengan Pak SBY, sekarang saya harus memikirkan Mas Agus Yudhoyono,” tuturnya.

“Menghadapi Mas Agus ini lebih sulit lagi. Sudah orangnya muda, ganteng, pintar. Kalau berpakaian juga rapi dan cling ya. Kalau dibandingkan dengan saya, Mas Agus lebih jauh lagi," tuturnya.

Karena itu, Jokowi menjelaskan  dirinya harus mempersiapkan secara detail jika harus menghadiri undangan Partai Demokrat.

"Jadi sekarang kalau mau bersiap-siap hadir di undangan Partai Demokrat betul-betul harus rinci dan detail, karena ada Pak SBY dan Mas AHY," tuturnya.

5 Sinyal

Periset dari "Indonesian Public Institute", Jerry Massie, merangkum seluruh peristiwa detail acara pembukaan Rapimnas Demokrat itu dan menyimpulkan sedikitnya ada “5 sinyal” yang menandai “Dinasti Politik Cikeas” merapat ke JOkowi.

“Pertama, SBY menekankan bahwa suksesnya pemilu merupakan tanggung jawab moral dan politik Presiden Jokowi. Karenanya, Demokrat akan membantu Jokowi,” tuturnya.

Kedua, SBY menyatakan Jokowi adalah pemimpin bangsa, sehingga dalam etika yang dipahami Partai Demokrat, wajib hukumnya bagi Demokrat memberikan penghormatan yang tinggi bagi Jokowi.

Ketiga, SBY memahami pemerintahan Jokowi tengah berjuang mengatasi tekanan ekonomi global dan regional, yang dapat berdampak pada ekonomi nasional.

Ia mendoakan sekaligus meyakini Pemerintahan Jokowi dapat sukses menjawab tantangan yang ada dan mengakhiri masa bakti lima tahun periode pertama dengan gemilang.

“Keempat, SBY menyatakan harapan dan doanya agar Jokowi sukses pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2019 sesuai harapan dan keinginan Jokowi. Kelima, yang paling lugas dan benderang, SBY menyatakan Demokrat bisa mendukung Jokowi jika takdir Tuhan sudah memutuskan,” tuturnya.

Namun, kata dia, khusus sinyal yang terakhir ini, SBY menekankan bahwa kebersamaan Demokrat dengan Jokowi hanya mungkin tercipta jika dilandasi dengan rasa saling percaya dan saling menghargai.

Menurut Jerry, pernyataan terakhir SBY itu jelas menyebut Demokrat ingin diikutsertakan dalam penyusunan landasan koalisi dan agenda-agenda ke depan.

 Sinyal politik SBY, menurut dia, adalah bentuk strategi “Dinasti Cikeas” memanfaatkan momentum tingginya elektabilitas Jokowi untuk menjajaki kemungkinan dipasangkannya Jokowi dengan AHY dalam Pilpres 2019.

Selain itu, kata dia, dengan adanya sinyalemen dukungan Demokrat kepada Jokowi dalam Pilpres nanti, dapat dibaca sebagai strategi SBY untuk mengamankan pemilih potensial Demokrat yang secara figur lebih memilih Jokowi dibandingkan AHY.

Jerry menilai, SBY memahami tipisnya peluang AHY untuk menang dalam pilpres. Maka satu-satunya jalan adalah dengan masuk ke gerbong pemerintahan dengan mendukung Jokowi.

Dia mengatakan, SBY sudah lama dikenal sebagai ahli strategi politik. Mantan Menkopolhukam itu dinilainya lihai membaca peta dan konstelasi politik, bahkan matematika politik.

Sementara pengamat politik dari Universitas Padjajaran Yusa Djuyandi mengatakan, sinyalemen politik yang dilontarkan SBY memang kontras dengan sikap Demokrat pada awal pemerintahan Jokowi.

Awalnya ada cukup banyak hal yang berseberangan antara SBY dengan Jokowi.

“Tapi Demokrat tidak bisa memungkiri masih tingginya elektabilitas Jokowi, dan ketiadaan alternatif calon lain, yang bisa mengimbangi Jokowi. Itu membuat SBY dan Demokrat kemungkinan pada akhirnya secara rasional mendukung Jokowi,” jelasnya.

Apalagi, posisi Demokrat selama empat tahun ini tidak berpihak pada kubu mana pun. Maka sinyal politik SBY bisa dikatakan sebagai strategi untuk menentukan posisi politik di 2019. 

Yusa menilai Demokrat tengah memetakan pihak yang memiliki potensi besar untuk menang, apakah Jokowi, Prabowo, atau justru ada calon alternatif lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI