Ketiga, SBY memahami pemerintahan Jokowi tengah berjuang mengatasi tekanan ekonomi global dan regional, yang dapat berdampak pada ekonomi nasional.
Ia mendoakan sekaligus meyakini Pemerintahan Jokowi dapat sukses menjawab tantangan yang ada dan mengakhiri masa bakti lima tahun periode pertama dengan gemilang.
“Keempat, SBY menyatakan harapan dan doanya agar Jokowi sukses pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2019 sesuai harapan dan keinginan Jokowi. Kelima, yang paling lugas dan benderang, SBY menyatakan Demokrat bisa mendukung Jokowi jika takdir Tuhan sudah memutuskan,” tuturnya.
Namun, kata dia, khusus sinyal yang terakhir ini, SBY menekankan bahwa kebersamaan Demokrat dengan Jokowi hanya mungkin tercipta jika dilandasi dengan rasa saling percaya dan saling menghargai.
Baca Juga: Jadi Petani, Adi Pramudya Ekspor Lengkuas ke Shanghai
Menurut Jerry, pernyataan terakhir SBY itu jelas menyebut Demokrat ingin diikutsertakan dalam penyusunan landasan koalisi dan agenda-agenda ke depan.
Sinyal politik SBY, menurut dia, adalah bentuk strategi “Dinasti Cikeas” memanfaatkan momentum tingginya elektabilitas Jokowi untuk menjajaki kemungkinan dipasangkannya Jokowi dengan AHY dalam Pilpres 2019.
Selain itu, kata dia, dengan adanya sinyalemen dukungan Demokrat kepada Jokowi dalam Pilpres nanti, dapat dibaca sebagai strategi SBY untuk mengamankan pemilih potensial Demokrat yang secara figur lebih memilih Jokowi dibandingkan AHY.
Jerry menilai, SBY memahami tipisnya peluang AHY untuk menang dalam pilpres. Maka satu-satunya jalan adalah dengan masuk ke gerbong pemerintahan dengan mendukung Jokowi.
Dia mengatakan, SBY sudah lama dikenal sebagai ahli strategi politik. Mantan Menkopolhukam itu dinilainya lihai membaca peta dan konstelasi politik, bahkan matematika politik.
Baca Juga: Setelah Deddy, Giliran Kalina Bongkar Kelakuan Chika Jessica
Sementara pengamat politik dari Universitas Padjajaran Yusa Djuyandi mengatakan, sinyalemen politik yang dilontarkan SBY memang kontras dengan sikap Demokrat pada awal pemerintahan Jokowi.
Awalnya ada cukup banyak hal yang berseberangan antara SBY dengan Jokowi.
“Tapi Demokrat tidak bisa memungkiri masih tingginya elektabilitas Jokowi, dan ketiadaan alternatif calon lain, yang bisa mengimbangi Jokowi. Itu membuat SBY dan Demokrat kemungkinan pada akhirnya secara rasional mendukung Jokowi,” jelasnya.
Apalagi, posisi Demokrat selama empat tahun ini tidak berpihak pada kubu mana pun. Maka sinyal politik SBY bisa dikatakan sebagai strategi untuk menentukan posisi politik di 2019.
Yusa menilai Demokrat tengah memetakan pihak yang memiliki potensi besar untuk menang, apakah Jokowi, Prabowo, atau justru ada calon alternatif lain.