Pada era 1950-an, bisnis sang ayah bangkrut. Alhasil, Hari bersama orang tua dan 12 saudaranya harus kembali memulai usaha dari nol.
Untuk meringankan beban orang tua, seusai lulus SMA, Hari merantau ke Jakarta mencari pekerjaan. Selain bekerja di ibu kota, ia menjalin kisah asmara dengan putri pemilik ”Mickey Mouse“, toko serba ada (toserba) kecil di Pasar baru, Jakarta Pusat.
Setelah menikahi perempuan tersebut, mertua hari menjual Toserba ”Mickey Mouse” kepadanya. Ternyata, di tangan dingin Hari, toserba itu berkembang pesat menjadi besar.
Keuntungan dari Toserba ”Mickey Mouse” diinvestasikan kembali Hari untuk membeli toserba yang terbesar di Pasar Baru kala itu: ”Toko De Zon”.
Baca Juga: Karangan Bunga Datang, Karyawan Shock Pendiri Matahari Tewas
Hari membeli ”Toko De Zon” di Pasar Baru pada tahun 1968. Untuk diketahui, ”De Zon” adalah bahasa Belanda yang berarti “Matahari”.
Ketika beralih tangan kepada dirinya, Hari mengganti nama toserba yang berbau Belanda itu dengan “Matahari”.
Toserba Matahari sendiri kali pertama membuka gerai pada 24 Oktober 1958 di gedung dua lantai seluas 150 meter persegi di Pasar Baru.
Seiring waktu, Matahari berkembang pesat dan pada medio 1980-an, Hari mampu membuka cabang-cabang di nyaris seluruh wilayah Indonesia.
Matahari menjelma sebagai toko jaringan ritel terbesar di Indonesia sejak saat itu.
Baca Juga: Polisi Belum Bisa Pastikan Penyebab Kematian Pendiri Matahari
Namun, arus balik terjadi pada tahun 1997, ketika Indonesia dilanda krisis moneter dan destabilisasi politik yang berakhir dengan runtuhnya kekuasaan otoriter Soeharto.