Pengamat: Demokrat Rugi Jika Hanya Usung Satu Capres

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Jum'at, 09 Maret 2018 | 21:24 WIB
Pengamat: Demokrat Rugi Jika Hanya Usung Satu Capres
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama pengurus Demokrat. [Suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik Hendri Satrio menilai, Partai Demokrat cenderung rugi dalam perhitungan politik jika hanya mengusung satu calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

"Pada Pilpres 2014, perolehan suara Demokrat tidak jeblok bahkan di peringkat empat sekitar enam persen dari seluruh suara. Jika hanya mengusung satu calon akan merugikan Demokrat. Sebaiknya ada lebih dari satu calon," kata Hendri di Jakarta, Jumat (9/3/2018).

Menurut dia, sebagai partai petahana di ajang perpolitikan Indonesia, Demokrat tercatat sudah berhasil membawa Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden selama dua periode.Karena itu, ia menyarankan Demokrat idealnya mengusung lebih dari satu nama pada Pilpres 2019.

Hal itu disampaikan terkait rencana partai tersebut untuk menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dalam waktu dekat di Solo.

Baca Juga: Demokrat Berpeluang Bikin Poros Ketiga dalam Pilpres 2019

Menurut Hendri, jika mengusung lebih dari satu calon, akan memudahkan partai lain berkoalisi dengan Demokrat dan ada kombinasi yang lebih leluasa dibanding dengan satu nama.

Selain itu, dengan lebih dari satu nama akan memudahkan Demokrat menentukan untuk berada di pihak mana.

"Apakah satu poros dengan Jokowi, atau satu poros dengan Gerindra atau membuat poros baru. Jika hanya disodorkan satu nama kemungkinan besar agak sulit memainkan kombinasi politik dan rugi juga buat Demokrat. Karena sebetulnya, Demokrat ini punya nama-nama yang punya potensi yang bisa diusung untuk Pilpres 2019" tegasnya.

Hendri mencontohkan sederet nama seperti Chairul Tanjung dan Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi yang relevan untuk diusung pada Rapimnas Partai Demokrat.

Ketua Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019 Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono [Suara.com/Dian Hapsari]

Baca Juga: Prabowo Atau Jokowi? PKS Punya Pilihan 9 Capres-Cawapres

"Jadi kalau Demokrat ingin mengusung misalnya AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), CT, dan TGB (sebagai capres) menurut saya akan lebih leluasa. TGB misalnya, dikenal sebagai pemimpin umat dan berpengalaman di NTB. Begitu juga dengan CT, dikenal sebagai pengusaha dan memiliki toleransi tinggi. Kalau mau bermanuver sedikit, bisa juga menghadirkan Pakde Karwo--(Soekarwo, red). Walaupun elektabilitas Karwo paling kecil, tetapi sebagai Gubernur salah satu provinsi terbesar di Indonesia--Jawa Timur--layak juga diajukan," ungkapnya.

Terkait dengan elektabilitas, Hendri, memperhitungkan saat ini masih cukup lama untuk penetapan calon. Maka dengan banyak nama bisa memberikan keleluasan Demokrat untuk melakukan manuver yang akan berimbas pada meningkatnya elektabilitas.

"Kalau lebih dari satu nama, Demokrat akan memiliki keleluasan mengajukan nama-nama tokoh yang memiliki kompetensi dan kapabilitas tinggi. Karena kalau misalnya hanya satu nama, kemudian terjadi penolakan di publik, akibatnya akan mengalami potensi terjun bebas. Tetapi kalau ada beberapa nama, masih ada yang menjaga. Ada alternatif pilihan bagi masyarakat," terangnya.

Menko Perekonomian Chairul Tanjung. (Antara/Puspa Perwitasari)

Sementara itu, pakar komunikasi politik, Effendy Gazali mengatakan, kekompakan atau soliditas antarpengurus dan anggota partai menentukan bagaimana pengusungan dalam soal jumlah calon.

Namun dia menggarisbawahi sebagai sebuah partai modern, dalam pengusungan nama calon idealnya dari penyelenggaraan konvensi partai.

"Kalau mereka solid, ya bagus saja akibatnya untuk partai. Walaupun, biasanya memang partai modern harusnya pakai konvensi," katanya.

Lebih jauh, dia menjelaskan penyelenggaraan konvensi yang juga pernah dilakukan Partai Demokrat, akan membuka peluang bagi kader partai ataupun nama-nama yang diusung oleh kader partai itu sendiri. Karena, dalam konvensi, tentunya calon yang akan muncul lebih banyak.

Sementara soal elektabilitas, Effendy mengatakan bahwa elektabilitas suara tidak bisa dilihat dari sisi internal partai semata.

"Naik atau turunnya elektabiltas suara partai tentunya bagaimana penerimaan masyarakat sebagai pemegang hak suara terhadap calon," katanya. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI